Paris (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi pada Kamis menyatakan pasukan pemerintah bergerak maju lebih cepat daripada yang diperkirakan dalam upaya pembebasan kota Mosul dari ISIS.

Selain itu, Abadi juga menegaskan bahwa koordinasi petempur Syiah dengan gerilyawan Kurdi menunjukkan persatuan di Irak.

Abadi menyampaikan pesan tersebut kepada sejumlah menteri luar negeri negara Barat, yang berkumpul di Paris untuk membahas upaya memulihkan perdamaian dan stabilitas Mosul saat ISIS dikalahkan.

Melalui temu video dari Baghdad, Abadi menerangkan semua upaya dilakukan untuk menciptakan jalur pengungsian bagi warga, yang ingin melarikan diri dari Mosul, kota kedua terbesar di Irak, yang berpenduduk 1,5 juta jiwa.

"Pasukan kami bergerak menuju Mosul lebih cepat dari perkiraan dan rencana kami," kata Abadi.

Pada Selasa, pasukan pemerintah dan gerilyawan Kurdi mengaku berhasil menguasai sekitar 20 desa di pinggiran Mosul yang merupakan benteng pertahanan terakhir ISIS di Irak.

Pembebasan Mosul akan menjadi kekalahan terbesar ISIS di Irak. Namun di sisi lain, operasi militer itu juga berpotensi membuka kemungkinan terjadinya perpecahan sektarian berdarah antara milisi Syiah, yang turut dalam operasi pembebasan, dengan penduduk Mosul yang mayoritas menganut Sunni.

Abadi menegaskan bahwa pihaknya tidak akan membiarkan pelanggaran hak asasi manusia dalam operasi militer di Mosul. Dia berupaya meyakinkan komunitas internasional bahwa negaranya tidak akan jatuh dalam spiral kekerasan sektarian yang sempat melanda Irak sejak serbuan Amerika Serikat tahun 2003.

"Kami akan membebaskan Mosul untuk membela warga Irak dan mempertahankan wilayah Irak," kata dia sambil menyebut bahwa ini adalah pertama kalinya sejak 25 tahun terakhir pasukan Irak memasuki wilayah utara Kurdi untuk bertempur secara bersama-sama.

"Berbagai faksi di Irak telah bersatu untuk mengalahkan terorisme," kata dia.

Pertemuan di Paris membahas garis acuan bagaimana pengaturan Mosul setelah ISIS berhasil dikalahkan dan perlindungan terhadap warga kota tersebut.

Dalam pidato pembukaan, Presiden Prancis Francois Hollande menegaskan pentingnya rencana pemisahan operasi pembebasan Mosul dengan Raqqa di Suriah, kota tujuan gerilyawan ISIS melarikan diri dari Mosul.

"Kita harus merencanakan dengan sungguh-sungguh pemburuan teroris, yang lari dari Mosul menuju Raqqa. Kita tidak boleh membiarkan mereka muncul di daerah lain untuk melakukan serangan," kata dia, seperti dilaporkan Reuters.

(Uu.G005)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016