... akhirnya pemerintah India memutuskan untuk tidak lagi membeli kobra...
Jakarta (ANTARA News) -  Kandidat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kini berkomentar soal ular kobra. Dia katakan, India pernah membuat kebijakan membeli ular kobra dari penduduk sebagai upaya membasmi populasi ular berbisa itu.

Dia katakan itu, di Jakarta, Kamis, menyinggung wacana pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait tikus, yang populasinya meningkat di DKI Jakarta. Kedua hal ini dia nilai mirip.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membuat aturan khusus mengefektifkan pelaksanaan Gerakan Basmi Tikus di seluruh wilayah Ibu kota, untuk menghindarkan warga dari berbagai macam penyakit yang disebabkan tikus.

"Karena Dinas Kesehatan DKI Jakarta memberitahu air seni tikus bisa menyebabkan penyakit, dan sekarang ini sedang musim hujan. Makanya, program ini harus digalakkan," kata Gubernur DKI, Basuki Purnama, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (19/10).

Direncanakan, harga satu tikus yang diserahkan kepada petugas pemerintah DKI Jakarta --dalam hal ini Dinas Pertamanan dan Pemakaman serta Dinas Kebersihan DKI Jakarta-- akan dihargai Rp20.000 dan tikus hasil tangkapan itu nantinya akan dikubur.

Cara seperti itulah yang menurut Baswedan harus dipikir-pikir secara matang sebelum diberlakukan. Kata dia, "Dulu di India kasus ini juga pernah terjadi, satu kobra diberikan harga."

Namun, lanjut dia, dampak dari kebijakan populis itu, masyarakat jadi semakin banyak yang mengembangbiakkan kobra. "Sampai akhirnya pemerintah India memutuskan untuk tidak lagi membeli kobra," jelasnya.

Apakah lalu masalah selesai? Ternyata tidak, karena kobra-kobra hasil ternakan itu dilepaskan begitu saja.  "Akhirnya yang terjadi malah jadi 'banjir' kobra di India," tuturnya.

Selain India, Vietnam, dan Myanmar merupakan dua negara lain yang juga memiliki pengalaman serupa, ungkap bakal calon pemimpin ibu kota yang diusung Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Keadilan Sejahtera itu.

"Jadi, kita patut belajar dari negara lain yang pernah melakukan hal yang sama. Mereka juga pernah punya pengalaman, itu sebabnya penting untuk melihat pengalaman dari banyak negara," kata Baswedan.

Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016