Jakarta (ANTARA News) - Ternyata tidak semua santri paham bahwa pada 22 Oktober merupakan Hari Santri Nasional, hari bersejarah bagi santri itu sendiri yang ditetapkan dan dideklarasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Masjid Istiqlal Jakarta, tahun lalu.

"Sudah dan pernah dengar ada hari santri, tapi tentang asal usulnya tidak tahu," kata Rizky Ramadhan, santri Tahfidz Darul Quran, Yayasan Daarul Quran Indonesia di Ketapang, Cipondoh, Tangerang, Banten, Jumat.

Rekan-rekan Rizky juga mengaku pernah dengar bahwa sekarang ini ada Hari Santri Nasional. Namun tentang asal-usul adanya hari bersejarah bagi kalangan santri itu belum mengetahui sepenuhnya.

"Tahu sih," ungkap Rifki, salah satu santri yang berasal dari Kota Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Di Ponpes Darul Quran Pusat asuhan Ustaz Yusuf Mansur, di Jalan Ketapang Raya, Cipondoh, Tangerang, ada dua lokasi Ponpes yang ditempati para santri. Salah satunya di Jalan H. Koteng dan lainnya di Jalan Raya Ketapang, persis di samping Masjid Baitul Amin.

Khusus untuk Ponpes di Jalan H. Koteng, di situ bermukim sekitar 40 santri. Mereka diasuh lima ustadz. Salah satunya yang dijumpai Antara adalah ustadz Syaiful (28). Ustadz yang berasal dari Kudus, Jateng ini sudah lima tahun membina santri di kawasan itu.

Syaiful merasa gembira karena dalam 24 jam membina para santri yang berasal dari berbagai provinsi itu cepat mengalami kemajuan. "Saya bersama lima ustadz lainnya banyak melihat kemajuan yang dicapai para santri," ia menambahkan.

Asrama berlantai tiga dengan luas tanah sekitar 30 x 40 meter itu berada di gang sempit. Meski demikian para santri nampak menikmati suasana kehidupan warga yang ramah. Terlebih di situ, untuk mencari makan tidak mengalami kesulitan. Warga setempat banyak menjual makanan murah.

Tentang hari santri nasional, ustadz Syaiful mengaku merasa bersukur bahwa kini lembaga pendidikan seperti pondok pesantren mendapat perhatian dari pemerintah. Ia berharap orang tua dan seluruh pemangku kepentingan di negeri ini dapat mendorong santri untuk giat belajar.

"Kita berharap santri dapat mengambil pelajaran dari para ulama," katanya.

Pemerintah menetapkan 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional pada 22 Oktober. Presiden RI Joko Widodo menyebut alasan penetapan hari santri tersebut dilatarbelakangi oleh besarnya peran santri bagi bangsa.

Secara historis para santri telah memberi kontribusi besar dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti K.H. Hasyim Asyari dari Nahdlatul Ulama, K.H. Ahmmad Dahlan dari Muhammadiyah, A. Hassan dari Persis, Ahmad Soorhati dari Al-Irsyad dan Mas Abdul Rahman dari Mathlaul Anwar serta mengingat pula 17 nama-nama perwira Pembela Tanah Air (Peta) yang berasal dari kalangan santri, pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016