Jakarta (ANTARA News) - Pameran Produksi Indonesia 2016 menampilkan banyak inovasi produk industri melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) yang dilakukan oleh Balai Besar serta Balai Riset dan Standarisasi (Baristand) industri, salah satunya adalah mesin penghancur alat suntik.

“Alat suntik bekas atau yang telah digunakan, memerlukan pemrosesan lebih lanjut agar aman bagi manusia dan lingkungan,” kata Analis Laboratorium Elektronika dan Telematika Baristand Industri Surabaya, Lukman Hanfi lewat siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Menurut Lukman, insinerator (alat pembakar sampah) yang ada di pasaran saat ini sulit dioperasikan, boros energi, dan harganya mahal.

Sedangkan, alat penghancur jarum suntik yang portabel hanya mampu menghancurkan jarum saja.

Untuk itu, diperlukan alternatif mesin penghancur alat suntik yang mampu memproses jarum sekaligus tabungnya. “Sejak 2015, kami telah melakukan penelitian dan akhirnya kami bisa membuat inovasi mesin penghancur jarum suntik yang menggunakan prinsip las busur listrik untuk melumerkan jarum sekaligus membunuh kuman penyakit,” paparnya.

Lukman menambahkan, tim risetnya terus mengembangkan teknologi pada mesin tersebut agar dapat dimanfaatkan oleh industri untuk bisa diproduksi massal dan akan mudah dipakai oleh konsumen. “Saat ini, kami telah menggunakan teknologi dengan prinsip hammermill dengan poros pemukul yang digerakkan oleh motor listrik, serta dilengkapi generator ozone,” jelasnya.

Selain itu, PPI 2016 juga menampilkan nasi analog instan yang diproduksi oleh Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor. Nasi analog instan tersebut terbuat dari campuran tepung mokaf (modified cassava flour), jagung, koro, dan ubi jalar ungu.

Peneliti Madya BBIA Bogor, Enny Hawani Loebis mengatakan, akhir-akhir ini, terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat, terutama di perkotaan.

"Konsumen mulai menyukai produk pangan praktis yang bersifat instan dan siap saji. Untuk itu, berdasarkan prospek tersebut, kami dari BBIA Bogor mengembangkan produk olahan beras analog instan,” urai Enny.

Menurut Enny, inovasi ini menjadi salah satu alternatif untuk mendukung program diversifikasi pangan yang mempunyai peluang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia.

"Apalagi, nasi analog ini berfungsi sebagai beras fungsional untuk kebutuhan khusus seperti untuk penderita diabetes atau kebutuhan diet,” tuturnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016