Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah tipis sebesar 1 poin menjadi Rp13.041, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.040 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah melemah terbawa arus sentimen global yang masih belum stabil," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan bahwa menjelang beberapa peristiwa penting global seperti pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) serta Pemilu Presiden Amerika Serikat pada awal November tahun ini, pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam menempatkan asetnya di mata uang berisiko.

Ia menambahkan bahwa fokus pasar juga menuju ke tigkat inflasi dalam negeri yang sedianya akan dirilis pada awal November mendatang, naiknya beberapa komoditas pangan utama akibat cuaca telah menaikkan ekspektasi inflasi ke depan.

Ia mengatakan bahwa sentimen positif domestik diharapkan masih akan menjaga mata uang rupiah menyusul kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan (BI 7 day repo rate) dari 5 persen menjadi 4,75 persen.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS masih berada dalam jalur penguatan terhadap berbagai mata uang utama dunia ditunjang oleh ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Desember mendatang.

"Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed di bulan Desember terus menjaga kinerja dolar AS," katanya.

Di sisilain, lanjut dia, komoditas yang berdenominasi dolar AS juga turut terkena dampak dari penguatan tersebut. Minyak mentah yang sensitif dengan sentimen itu cenderung bergerak melemah sehingga berimbas pada mata uang komoditas.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016