Bantul (ANTARA News) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mengembangkan kawasan konservasi penyu di empat kawasan pantai selatan daerah ini.

"Konservasi penyu di Bantul ada empat tempat, yaitu di kawasan Pantai Baru, Pantai Samas, Pantai Gua Cemara, dan Pantai Pelangi," kata Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir DKP Bantul, Istiwasono di Bantul, Selasa.

Menurut dia, pengembangan kawasan konservasi penyu di pesisir selatan Bantul itu sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu, hal itu sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Bantul Tahun 2014 Tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir.

Ia mengatakan pengembagan kawasan konservasi penyu sebagai pelestarian hewan yang hidup di dua alam itu dilakukan dengan menjaga temuan telur penyu untuk ditetaskan di tempat penangkaran yang disediakan di empat kawasan pantai itu.

"Ada perlakuan khusus terhadap telur penyu yang ditemukan yaitu dengan membawa ke penangkaran. Penemuan telur penyu biasanya terjadi selama beberapa bulan antara Mei sampai September," katanya.

Istiwasono mengatakan, sesudah telur penyu ditetaskan dan didapati tukik (anak penyu) maka maksimal selama tiga hari setelah menetas harus dilepaskan ke laut lepas agar dapat hidup bebas hingga tumbuh besar supaya bisa muncul ke permukaan untuk bertelur.

"Dari empat pantai itu yang tingkat penemuan telur paling banyak ada di Pantai Pelangi, karena lebih alami dan bersih dibanding lainnya. Di Pantai Pelangi setiadaknya ada 14 sarang dengan masing-masing 60 sampai 70 telur," katanya.

Menurut dia, untuk terus melestarikan konservasi penyu di pesisir Bantul ke depan perlu ada penyadaran bagi masyarakat agar terus menjaga kebersihan pantai di kawasan konservasi serta memberikan pemahaman cara penanganan pascapenemua telur.

"Kondisi alam juga berpengaruh, akan tetapi dengan perlakukan agar kawasan pantai bersih supaya penyu tidak takut mendarat. Kemudian jangan sampai ada pengunjung yang tidak tahu manfaat konservasi. Apalagi penyu dilindungi pemerintah," katanya.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016