Bogor (ANTARA News) - Tim balap MotoGP, Repsol Honda, menampik anggapan yang beredar bahwa mereka memberikan perlakuan yang berbeda kepada pebalap utama mereka, Marc Marquez, dibandingkan dengan pebalap lainnya.

"Saya rasa tidak ada perlakuan spesial, semua pebalap diperlakukan setara," kata Wakil Presiden Honda Racing Company sekaligus prinsipal tim Repsol Honda, Shuhei Nakamoto, di sela-sela konferensi pers di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Anggapan pilih kasih itu muncul dari testimoni pebalap kedua Repsol Honda, Dani Pedrosa, dalam artikel yang disiarkan laman Motorsport 8 Juni 2016 lalu.

Dalam artikel yang ditulis Jamie Klein dan German Garcia Casanova tersebut, Pedrosa mengatakan bahwa kegagalannya menampilkan performa yang setara dengan Marquez lantaran pengembangan tunggangan Honda di MotoGP disesuaikan sepenuhnya dengan kebutuhan dan preferensi Marquez.

"Pilihan motor yang tersedia adalah (pilihan Marquez), saya tidak punya andil apa-apa soal itu," kata Pedrosa.

Hal itu juga kata Pedrosa mempengaruhi penampilan pebalap di tim-tim satelit Honda.

Belakangan, Pedrosa berhasil menjuarai MotoGP San Marino setelah di seri tersebut ia menjadi satu-satunya pebalap yang melepaskan winglet alias sayap di bawah moncong sepeda motor tunggangannya. Dalam kata lain, Pedrosa diberi keleluasaan memilih kriteria tunggangannya.

Manajer HRC, Livio Suppo, beranggapan bahwa kemenangan Pedrosa membuktikan bahwa tak ada pilih kasih di Honda.

"Kemenangan Pedrosa itu memperlihatkan bukti bahwa sebetulnya jika mesin lebih baik, siapapun bisa tampil lebih baik. Jadi saya rasa polemik itu keliru," kata Suppo yang juga hadir di Sentul.

Demikian juga Nakamoto yang bersikeras pada sikapnya bahwa tak ada perbedaan perlakuan di Honda.

"Saya tidak pernah mendapat keluhan dari siapapun, karena kami memperlakukan semua pebalap setara," kata Nakamoto.

"Kami mengembangkan mesin, membagi data hasil ujinya kepada seluruh pebalap dan meminta komentar semuanya. Tak ada alasan untuk menyembunyikan data yang sedemikian penting," pungkasnya.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016