Nusa Dua (ANTARA News) - Negara-negara pesisir Samudra Hindia menyepakati perdagangan bebas karena ketimpangan ekonomi antarwilayah yang masih sangat tinggi, kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Desra Percaya.

Dia menyampaikan hal tersebut usai menghadiri pertemuan dengan para pejabat tinggi anggota Asosiasi Negara-Negara Pesisir Samudra Hindia (IORA) di Nusa Dua, Bali, yang dimulai pada Selasa.

"Beberapa negara masih khawatir dengan perdagangan bebas dalam bentuk kesepakatan kerja sama ekonomi komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) karena ketimpangan ekonomi yang tinggi di antara negara-negara anggota," kata Desra.

Beberapa anggota IORA memang bisa dikategorikan sebagai negara tertinggal seperti Somalia (yang tercatat hanya punya pendapatan per kapita 190 dolar per tahun), Kenya, Sri Lanka dan Bangladesh.

Di sisi lain, terdapat negara yang sudah mapan secara ekonomi seperti Singapura dan Uni Emirat Arab dengan pendapatan per kapita ratusan kali lipat.

Dengan ketimpangan yang masih sangat tinggi tersebut, Desra menyatakan bahwa Indonesia sebagai ketua IORA untuk dua tahun ke depan, mengusulkan langkah bertahap dengan kesepakatan preferensi perdagangan yang akan memudahkan ekspor-impor untuk barang-barang tertentu.

Berbeda dengan CEPA yang menghapus semua hambatan tarif (bea cukai, pajak dan lain-lain) maupun non tarif (subsidi), kesepakatan preferensial hanya memberi prioritas bagi barang-barang tertentu dengan hanya menghilangkan sebagian hambatan.

Selain kesepakatan dagang preferensial, delegasi Indonesia dari kalangan akademik juga mengusulkan mekanisme kemudahan bagi para pengusaha dari anggota IORA untuk terbang ke negara anggota lain.

"Kemudahan perjalanan bisnis ini dimaksudkan untuk mencontoh organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang berhasil memicu investasi asing antar sesama anggota dengan mekanisme tersebut," kata Desra.

Secara ekonomi, Samudra Pasifik adalah rute dagang penting yang dilewati 50 persen kontainer perdagangan global setiap tahunnya. Sebanyak 40 persen pengeboran minyak lepas pantai dari seluruh dunia berada di kawasan ini.

Selain penting secara ekonomi sebagai jalur perdagangan, Samudra Hindia harus menghadapi problem perompakan di sejumlah titik seperti Selat Malaka dan perairan Somalia. Persoalan keamanan itu diperkirakan telah merugikan perekonomian senilai miliaran dolar setiap tahunnya.

Namun di tengah potensi dan persoalan yang besar tersebut, negara-negara Samudra Hindia hingga kini masih belum menemukan bentuk organisasi regional yang tepat, terbukti dari kurang populernya nama IORA dibandingkan dengan organisasi kawasan lain seperti ASEAN.

Pewarta: GM Nur Lintang Muhammad
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016