Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina, memiliki peluang paling besar untuk memenangi lelang dua pembangkit listrik tenaga panas bumi milik Chevron Geothermal Indonesia Ltd dengan total kapasitas terpasang 632 megawatt dibandingkan lima perusahaan lain.

PGE memiliki kemampuan dan rekam jejak yang bagus dalam pengembangan PLTP di Tanah Air di luar Chevron Geothermal, selain ditopang kemampuan finansial oleh induk usaha, kata Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Dharma di Jakarta, Rabu.

Surya Dharma mengatakan dari enam perusahaan, PGE memang perusahaan yang paling ideal untuk mengelola aset panas bumi Chevron. Apalagi PGE merupakan pemilik dari wilayah kerja panas bumi yang dikelola Chevron saat ini.

Selain itu, pengalaman mengelola dan mengembangkan panas bumi PGE sangat panjang dan sudah teruji, baik hulu maupun hilir.

"Konsistensi PGE dalam mengembangkan panas bumi yang tidak pernah terhenti dalam keadaan sesulit dan dalam kondisi krisis apa pun telah terbukti," kata Surya.

Saat ini ada enam perusahaan yang bersaing mendapatkan dua PLTP yang dikelola Chevron, yaitu PLTP Salak Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan kapasitas 377 MW dan PLTP Darajat di perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut, Jawa Barat dengan kapasitas 255 MW.

Selain PGE, ada lima perusahaan lain yang tertarik mengakuisisi dua aset PLTP Chevron. Kelima perusahaan tersebut adalah PT PLN (Persero), PT Medco Power, dan PT Star Energy serta dua perusahaan asal Jepang, yaitu Mitsui dan Marubeni.

Menurut Surya Dharma, PGE juga memiliki kemampuan pendanaan yang sangat baik, maupun melalui pinjaman yang mendapat kepercayaan yang baik dari kreditor.

PGE juga memiliki SDM dan pengembangannya bekersinambungan sebagai sumberdaya yang mendukung pengembangan panas bumi. Tidak hanya itu, Pertamina melalui PGE juga sudah memiliki peta jalan" (road map) pengembangan panas bumi yang tertata. Serta, sebagai BUMN yang dapat diberikan tugas khusus oleh pemerintah sesuai peraturan yang berlaku.

"Jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang tersebut seperti PLN, Star Energy, Medco, Marubeni dan Mitsui, mereka masih banyak kekurangannya karena tidak selengkap jika dibandingkan PGE," kata dia.

Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yunus Saefulhak mengatakan pada November 2016 keenam perusahaan akan mengajukan dokumen penawaran kepada Chevron, termasuk program kerja dan harga. Setelah itu, proses berikutnya adalah evaluasi.

"Kemungkinan pemenang diumumkan akhir tahun ini atau awal 2017," ujarnya.

Menurut dia, Kementerian ESDM hanya melakukan kontrol agar penjualan tersebut tidak lantas menurunkan produktivitas terhadap kedua asset PLTP Chevron. Dengan demikian, penjualan listrik ke PLN tetap stabil, baik sebelum maupun sesudah akuisisi.

(F004/A011)

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016