Yangon, Myanmar (ANTARA News) - Myanmar mendeteksi infeksi virus Zika pertamanya dengan media pemerintah pada Jumat (28/10) melaporkan seorang perempuan asing yang sedang hamil didiagnosis terjangkit virus yang menular melalui gigitan nyamuk tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awal bulan ini memperingatkan bahwa Zika kemungkinan telah tersebar luas di seluruh Asia setelah terdeteksi di 70 negara di seluruh dunia, termasuk sedikitnya 19 di kawasan Asia Pasifik.

"Otoritas mengonfirmasi infeksi pada perempuan asing berusia 32 tahun kemarin, setelah pemeriksaan laboratorium" menurut warta media pemerintah Global New Light of Myanmar serta menambahkan bahwa perempuan itu berada di Yangon, kota terbesar di negara itu.

Laporan itu mengutip pernyataan Kementerian Kesehatan dan Olahraga yang menyebutkan bahwa kasus tersebut adalah "kasus infeksi Zika pertama" di negara itu. Belum jelas apakah perempuan itu seorang turis.

Kasus Zika hanya menyebabkan gejala ringan pada kebanyakan orang, termasuk demam, sakit mata dan ruam.

Namun, perempuan hamil yang terjangkit virus itu bayinya berisiko mengalami mikrosefali, deformasi yang menyebabkan otak dan kepala bayi menjadi kecil secara abnormal.

Laporan WHO yang dirilis bulan ini memperingatkan kawasan Asia Pasifik kemungkinan akan mencatatkan "kasus baru dan kemungkinan wabah Zika baru" menurut warta kantor berita AFP.

Badan kesehatan dunia itu menyatakan virus Zika "sangat mungkin menyebar lebih lanjut di kawasan" yang meliputi China, Jepang, Australia, kebanyakan negara Asia Tenggara dan pulau-pulau Pasifik.

Sedikitnya 400 kasus Zika sudah dideteksi di Singapura, sementara Thailand bulan lalu melaporkan kasus Zika pertama yang berkaitan dengan mikrosefali pada dua bayi. Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin untuk virus itu. (kn)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016