Kami bebas menggunakan kompor, sewaktu-waktu kami bisa merebus air tanpa harus membeli bahan bakar."
Temanggung (ANTARA News) - Puluhan pemulung sibuk mengais rezeki di tumpukan sampah yang baru saja ditumpahkan dari sebuah truk di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Di tengah terik matahari siang, mereka dengan tekun mengambil satu per satu sampah plastik maupun botol yang ditemukan kemudian memasukannya ke dalam keranjang yang berada di. gendongannya.

Mereka kini jarang menemukan sampah kardus di TPA dengan adanya gerakan bank sampah di masyarakat akhir-akhir ini.

Saat tengah hari, sebagian di antara mereka berhenti mengumpulkan sampah plastik untuk beristirahat setelah sejak pagi bekerja dan mereka membawa keranjangnya menuju sebuah lapak yang berada di tepian tumpukan sampah.

Setelah mencuci tangan, mereka yang membawa bekal makanan dari rumah langsung memakannya dengan lahap tanpa menghiraukan aroma sampah yang begitu menyengat.

Di antara mereka mengambil air yang sudah mendidih di sebuah panci di atas kompor yang terus menyala apinya untuk membuat teh atau kopi.

Di tengah pemulung sedang istirahat tersebut datang petugas TPA yang membawakan singkong mentah dalam sebuah tas plastik warna hitam yang baru dipanen dari salah satu sudut di kawasan TPA.

Tanpa pikir panjang, seorang pemulung langsung menghampiri petugas TPA yang membawa singkong tersebut, kemudian singkong dikupas dan dipotong-potong untuk direbus.

Setelah dicuci singkong dimasukkan ke dalam panci yang telah berisi air kemudian ditaruh di atas sebuah kompor yang telah menyala apinya. Beberapa waktu kemudian singkong pun matang dan dimakan bersama-sama.

Meskipun di sekeliling kompor tidak terlihat tabung gas elpji dan koompor hanya tersambung dengan sebuah pipa paralon panjang dari tumpukan sampah, kompor bisa menyala dengan api kebiruan.

Seorang pemulung warga Dusun Losari, Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Tuyar (29) mengatakan untuk sekadar merebus air atau merebus singkong di TPA ini tidak usah memikirkan bahan bakarnya, karena di sini kompor bisa menyala terus dengan menggunakan gas metan yang dihasilkan dari tumpukan sampah di TPA ini.

"Kami bebas menggunakan kompor, sewaktu-waktu kami bisa merebus air tanpa harus membeli bahan bakar," katanya.

Ia mengatakan pemanfaatan gas metan untuk menyalakan kompor ini sangat membantu pemulung untuk sekadar menikmati minum teh atau kopi saat istirahat.

"Pendapatan kami hanya pas-pasan, sehingga kompor dengan bahan bakar gas metan ini sangat bermanfaat," kata pria yang mengaku hasil kerja mengumpulkan sampah plastik, sehari minimal dapat Rp10 ribu.

Gas metan di TPA tersebut juga disaluran melalui pipa paralon ke dapur kantor admnistrasi TPA yang terletak di bagian atas atau sisi timur TPA.

Pengawas dan operator TPA Sanggrahan Yiliatno mengatakan pemanfaatan gas metan di TPA ini mulai tahun 2014,setelah salah satu pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung mendapat pelatihan di provinsi.

"Waktu itu kami diberi oleh-oleh berupa CD yang berisi cara pemanfaatan gas metan dari TPA, kemudian kami praktikkan di sini dengan cara sederhana dari bahan seadanya di TPA ini," katanya.

Ia menjelaskan dari pipa yang ditanam di dalam tumpukan sampah kemudian di atasnya dimasukkan dalam drum sebagai penampung gas metan. Selanjutnya disambung dengan pipa paralon lagi untuk disalurkan ke kompor.

Ia mengatakan di TPA ini terdapat 87 pemulung dan 10 petugas TPA.

TPA seluas 3,1 hektare ini setiap hari mendapat pasokan sampah sekitar 200 meter kubik.

Semula gas metan hanya dimanfaatkan di dapur kantor TPA saja, sekarang di lokasi barak pemulung juga dipasang kompor meskipun hanya sekadar untuk merebus air.

"Kami saling membutuhkan, antara petugas TPA dengan para pemulung maka diperlukan kebersamaan," katanya.

Di dapur kantor TPA, katanya selain untuk membuat kopi atau teh bagi para petugas, air yang dipanaskan dari kompor berbahan bakar gas metan ini sering dimanfaatkan untuk mandi terutama bagi petugas yang masuk pagi atau yang bertugas hingga malam hari. Pukul 04.00 WIB petugas TPA sebagian sudah datang.

Ia menuturkan selama ini pemanfaatan gas metan tersebut hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di lingkungan TPA saja karena kapasitasnya masih kecil.

Menurut dia keberadaan kompor dengan bahan bakar gas metan ini sangat membantu, minimal mengurangi biaya pengeluaran untuk membeli gas elpiji.

Ia menuturkan penggunaan gas metan ini membutuhkan perawatan pipa saluran, paling tidak empat hari sekali di setiap sambungan pipa harus dibersihkan dari endapan air karena dapat mengganggu kelancaran gas metan.

Oleh Heru Suyitno
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016