Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta bergerak naik 10 poin menjadi Rp13.035 per dolar AS pada Senin pagi.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah, tertekan di awal sesi perdagangan Asia menyusul kembali dibukanya kasus surel calon presiden Amerika Serikat Hillary Clinton.

"Menurunnya dolar AS mencerminkan kecemasan pasar akan ketidakpastian yang terjadi menjelang Pemilu Presiden Amerika Serikat akibat dibukanya kembali kasus tersebut, yang kemungkinan mempengaruhi persepsi warga AS terhadap Hillary Clinton yang saat ini masih lebih diunggulkan," katanya.

Ia mengemukakan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) akan melakukan langkah-langkah penyelidikan untuk mencari tahu apakah surel tersebut berisi rahasia negara atau tidak.

Kendati demikian, menurut dia, data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada Kuartal III yang sebesar 2,9 persen atau tertinggi sejak dua tahun terakhir telah memperkuat probabilitas kenaikan suku bunga pada Desember sehingga depresiasi dolar AS cenderung tipis.

"Data yang lebih baik meningkatkan probabilitas kenaikan suku bunga AS, dan dapat menjadi sentimen positif bagi dolar AS," katanya.

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan optimisme pasar terhadap laju inflasi Oktober 2016 yang masih terkendali serta pertumbuhan produk domestik bruto Kuartal III 2016 yang akan melanjutkan pertumbuhan menjaga laju rupiah di area positif.

"Pertumbuhan PDB bisa membuat apresiasi atas nilai aset berdenominasi rupiah," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016