Bengkulu, Bengkulu (ANTARA News) - Dua kuntum Rafflesia gadutensis mekar sempurna di dua lokasi berbeda di Kabupaten Bengkulu Utara, sekitar 70 kilometer dari Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.

"Satu bunga mekar di lahan warga di Desa Kuro Tidur dan satu bunga lagi mekar sempurna di kawasan hutan lindung Boven Lais," kata Koordinator Komunitas Peduli Pusla Langka Bengkulu Utara, Septian Riki, saat dihubungi dari Bengkulu, Selasa.

Ia mengatakan bunga Rafflesia gadutensis dengan diameter 58 centimeter ditemukan mekar menggantung di akar inang tumbuhan jenis Liana sp itu pada Senin (31/10).

Anggota KPPL Bengkulu Utara, kata Septian, sudah meninjau lokasi bunga langka tersebut dan menemukan bunga mekar dalam posisi yang jarang terjadi yakni menggantung di akar tumbuhan inangnya.

"Rafflesia itu termasuk bunga parasit yang menempel pada tumbuhan inangnya jenis Liana sp. Biasanya ditemukan mekar dari akar yang muncul dari dalam tanah tapi bisa juga menempel di akar yang menggantung," katanya.

Lokasi bunga mekar di Desa Kuro Tidur dapat dijangkau selama 45 menit menggunakan kendaraan roda dua dari Kota Argamakmur. Habitat bunga langka itu berjarak 3,28 kilometer dari Posko Pokdarwis di Dam Air Lais Dusun 4.

Pengunjung, lanjut dia, dapat singgah di Pokdarwis yang beranggotakan Kelompok Pecinta Alam (KPA) Margapala yang menyediakan pemandu.

Sementara satu bunga Rafflesia gadutensis lain, kata Septian, mekar di Hutan Lindung Boven Lais yang dapat diakses 10 menit dari Kota Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara.

"Bunga yang mekar di Boven Lais memiliki diameter 56 centimeter dan kami perkirakan masih mekar tiga hari ke depan," kata dia.

Para pengunjung yang ingin menikmati keunikan bunga langka Rafflesia gadutensis yang memiliki diameter lebih kecil dari Rafflesia arnoldii dapat mendatangi lokasi HL Boven Lais yang juga kawasan wisata air terjun Palak Siring, Kemumu.

Selain Rafflesia gadutensis, tiga jenis rafflesia lainnya yang teridentifikasi di hutan Bengkulu yakni Rafflesia arnoldii, Rafflesia hasselti, dan Rafflesia bengkuluensis.

Pewarta: Helti Sipayung
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016