Bekasi (ANTARA News) - Puluhan ribu warga yang tinggal di sepanjang tepian Sungai Cileungsi, Cikeas dan Kali Bekasi Jabar, hingga kini masih mengandalkan informasi waspada banjir yang dikirim dari dua orang petugas pantau telemetri.

"Dua orang inilah yang selama ini memiliki jasa kepada warga di sekitar tepian sungai atas perannya menginformasikan tinggi muka air (TMA) di Sungai Cileungsi, Cikeas dan Kali Bekasi secara tepat dan akurat, sehingga warga dapat lebih waspada terhadap datangnya banjir kiriman dari wilayah hulu," kata Penasehat Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman di Bekasi, Minggu.

Menurut dia, sumber data terkait TMA ketiga sungai itu bersumber dari informasi yang dikirim oleh petugas pantau telemetri di hulu sungai kepada pihaknya untuk diteruskan secara luas kepada 2.000 perwakilan warga dari 20 perumahan yang berdomisili di sepanjang tepian sungai lewat media sosial Whatsapp dan Telegram.

"Bahkan data kami di KP2C ini telah menjadi rujukan bagi pemerintah pusat melalui Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan petugas Bendung Kali Bekasi," katanya.

Puarman mengaku menyayangkan kebijakan pemerintah yang hanya merekrut petugas pantau telemetri itu hanya selama musim hujan yakni 1 Oktober hingga 31 Maret, di luar waktu itu kedua petugas tidak aktif melakukan pemantauan.

"Untuk itu, kami berinisiatif memperpanjang masa tugas petugas pantau telemetri menjadi sepanjang tahun, di musim hujan maupun kemarau dengan honor operasional yang diberikan secara swadaya melalui kas KP2C," katanya.

Kedua petugas pantau telemetri itu adalah Iyan (50) yang bertugas mengawasi TMA Sungai Cileungsi dan Ardi (26) yang bertugas mengawasi TMA Cikeas.

"Tugas saya adalah menginformasikan TMA kepada dua pihak, yakni KP2C dan BBWSCC. Kalau situasi TMA normal, saya kirim data dua kali pagi dan sore. Tapi kalau sedang tinggi, saya update setiap 15 menit sekali selama 24 jam," kata Petugas Pantau Telemetri Cileungsi Iyan.

Menurut dia, pos pantau TMA Cileungsi berlokasi di Desa Telajung Udik RT01/RW21, Kecamatan Gunung Putri Bogor.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cileungsi selama ini menjadi pemicu banjir bagi 20 perumahan di sepanjang tepian sungai di antaranya Villa Nusa Indah (VNI) I, II dan III, Villa Jatirasa, Perumahan Pondokgede Permai, Kemang Ivi Graha, Pondok Mitra Lestrari, PPA, Jaka Kencana, Kemang Pratama dan Kompleks Margahayu.

"Kalau pantau, saya lihat dari telemetri, jaraknya sekitar 600 meter dari rumah saya. alat pantau TMA itu akan otomatis mengirim sinyal ke posnel saya saat keadaan debit air ada peningkatan dengan TMA di atas normal yakni di atas 100 centimeter. Data itu saya teruskan kepada KP2C dan BBWSCC," katanya.

Menurut dia, data hasil pantau alat telemetri akan dicocokan terlebih dahulu dengan hasil pantauan di hulu Cileungsi yakni Desa Sumurbatu, Sentul, Kabupaten Bogor untuk akurasi data.

"Kalau di Sumurbatunya hujan lebat di atas 4 jam, sudah bisa dipastikan TMA naik sekitar 250 centimeter dan berpotensi banjir di perumahan tepian sungai dalam waktu 4 jam. Sehingga saya harus benar-benar menyajikan data yang akurat agar masyarakat tidak resah," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016