Jakarta (ANTARA News) - Otoritas Jasa Keuangan mengantisipasi gejolak terhadap stabilitas sistem keuangan domestik, menyusul potensi tekanan global karena Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat dan ekspetasi kenaikan suku bunga The Fed pada Desember 2016.

"Sudah price in, pelaku pasar punya ekspetasi. Namun kami selalu pantau itu dan jadi bagian review kami," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Jakarta, Senin.

Namun, menurut Muliaman, tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan akan terjadinya dana keluar akibat gejolak dari AS tersebut, terutama yang disebabkan ekspetasi kenaikan bunga The Fed.

Menurutnya, persepsi pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia sudah sangat meningkat. Membaiknya persepsi itu pula yang akan membendung potensi dana keluar untuk kembali ke negara Paman Sam.

"Tidak, tidaklah terlalu banyak (ketergantungan terhadap suku bunga The Fed). Kita terus membangun ekonomi domestik," kata dia.
Muliaman juga memberi perhatian khusus agar tidak terjadi pengetatan likuiditas bagi perbankan jika terjadi dana keluar karena ekspetasi kenaikan bunga The Fed.
"Kita pantau terus, namun kondisi sudah membaik," kata dia.

Biaya Pencadangan Bank

Di sisi lain, Muliaman menilai, kinerja industri keuangan juga sudah mulai membaik, setelah banyak tertekan sepanjang tahun karena lambatnya pemulihan ekonomi domestik dan global.

Seperti industri perbankan, kata Muliaman, pada triwulan IV-2016 sudah dapat mengurangi biaya pencadangannya karena rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dalam tren menurun.

NPL perbankan pada September 2016, kata Muliaman turun menjadi 3,1 persen (gross) dibanding Agustus 2016 yang sebesar 3,2 persen (gross).

"Pertumbuhan kredit perankan sudah sudah menggeliat lagi. Istilahnya ini sudah kembali ke atas. Tapi kita lihat lagi karena pertumbuhan eknomi belum terlalu fantastis, meskipun tren positifnya sudah keliatan," kata dia.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016