Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2016 lebih positif, terutama didorong dari sisi belanja pemerintah.

"Kuartal IV akan terjadi akselerasi belanja, dalam rapat di Kemenkeu minggu lalu kami melihat tren belanja K/L sampai akhir tahun di atas 95 persen," ujar Menkeu usai memimpin Rapat Pimpinan Nasional X Ditjen Pajak Kemenkeu di Jakarta, Senin sore.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi pemerintah mengalami kontraksi pada triwulan III-2016 atau tumbuh negatif hingga 2,97 persen, sama seperti ekspor yang tumbuh negatif 6,0 persen dan impor yang tumbuh negatif 3,87 persen.

Meskipun kondisi ekonomi global masih akan menjadi tantangan, Menkeu berharap kontraksi ekspor dan impor pada kuartal IV tidak sedalam kuartal III, namun lebih mendekati 0 persen.

Sementara dari segi investasi, Indonesia berpotensi menjadi negara berpenghasilan menengah yang relatif sehat dari sisi pertumbuhan, APBN, dan perbaikan ekonomi.

Menkeu menilai pertumbuhan investasi yang saat ini di bawah 5 persen, masih bisa ditingkatkan dengan dorongan berbagai faktor positif antara lain kepercayaan penanaman modal, jumlah perusahaan yang melakukan ekspansi usaha, maupun dari sisi perbankan terutama pasar modal yang menjadi salah satu sumber untuk mendanai kebutuhan ekspansi.

"Mungkin kita akan melihat berbagai macam investasi yang muncul dengan kemudahan berbisnis, PMA dan PMDN yang mulai menunjukkan kenaikan, serta komitmen kuat pemerintah dalam perbaikan ekonomi," tutur Sri Mulyani.

BPS mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2016 tumbuh 5,02 persen, sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III-2016 telah mencapai 5,04 persen.

Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin, menjelaskan pertumbuhan tertinggi dari tahun ke tahun (yoy) terjadi pada sektor informasi dan komunikasi 9,2 persen, diikuti sektor jasa keuangan dan asuransi 8,83 persen serta sektor transportasi dan pergudangan 8,2 persen.

"Sektor pertambangan dan penggalian juga tumbuh positif meski hanya 0,13 persen, karena adanya peningkatan produksi hasil tambang bijih logam seperti emas dan tembaga," ujarnya.

Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016