Sabah (ANTARA News) - Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu, Malaysia menjelaskan kronologis penculikan dua warga negara Indonesia (WNI) yang sedang melaut di perairan Negeri Sabah, Sabtu (5/11) sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

Konsul Jenderal RI Kota Kinabalu, Akhmad DH Irfan di Kota Kinabalu, Senin menjelaskan sebanyak enam kapal nelayan milik warga negara Malaysia selaku majikan WNI tersebut bersamaan ke laut untuk menangkap ikan sekitar 2,5 mil laut dari perbatasan Malaysia-Filipina.

"Jarak antar kapal saat mulai memasang jalan sekitar tiga mil laut sehingga tidak saling kelihatan kecuali memberikan kode," kata dia melalui Ketua Satgas Perlindungan WNI KJRI Kota Kinabalu, Hadi Syarifuddin.

Sesuai keterangan salah seorang anak buah kapal (ABK) yang selamat, pada hari kejadian sekitar pukul 10.00 WITA tiba-tiba muncul speedboat warna abu-abu dengan penumpang lima orang, tiga di antaranya menggunakan senjata laras panjang mengenakan pakaian loreng.

Kapal yang pertama didatangi adalah milik La Utu bin La Raali dengan model kapal SSkK00520F dengan ABK bernama Firman Sauli dan Rusli bin La Moundu. Sebelum beraksi, kelima penculik yang diduga kuat dari kelompok bersenjata Filipina itu sempat makan di kapal tersebut.

Setelah itu, penculik merampas semua barang berharga nelayan (WNI) asal Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara itu, kemudian nahkoda La Utu dipindahkan ke speedboat milik penculik.

Selanjutnya, mereka mendatangi kapal dengan kode SSN 1154/4/F yang dinahkodai La Hadi bin La Adi juga asal Buton, Sultra dengan ABK masing-masing Lambilu bin La Moisa, Rama Sahrul, Fudi bin Baheru dan Alias anak nahkoda La Hadi yang baru berusia 10 tahun.

Ketika penculik berada di kapal milik La Hadi inilah baru ABK dari empat kapal lainnya mengetahui ada penculik. Mereka akhirnya memutus semua jaringnya dan langsung melarikan diri ke arah Sandakan, Negeri Sabah.

"Ketika penculik ini beraksi di kapal yang dinahkodai La Hadi batu ABK empat kapal lainnya dengan ABK semua WNI tahu ada penculik. Jadi langsung memutus jaring melarikan diri ke Sandakan," sebut Hadi Syarifuddin.

Sedangkan aparat keamanan Malaysia (Esscom) baru muncul setelah keenam kapal tersebut tiba di Pelabuhan Sandakan.

Pewarta: M Rusman
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016