Kairo (ANTARA News) - Dewan eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat menyetujui permintaan Mesir untuk pinjaman 12 miliar dolar AS selama tiga tahun, televisi pemerintah Mesir melaporkan.

Sementara itu, Gubernur Bank Sentral Mesir (CBE) Tarek Amer mengatakan kepada kantor berita resmi MENA bahwa Mesir telah menerima pinjaman pendahuluan 2,75 miliar dolar dari IMF.

Mesir mencapai kesepakatan awal dengan IMF pada pinjaman 12 miliar dolar AS pada Agustus, sebuah langkah yang dilihat oleh banyak ahli sebagai langkah yang diperlukan untuk membantu perekonomian yang sakit di negara tersebu.

"Ini akan membuat cadangan devisa kami melompat menjadi 23,5 miliar dolar AS," Amer menegaskan.

Cadangan devisa di CBE menurun sejak pemberontakan 2011 yang menggulingkan mantan presiden Hosni Mubarak dari 36 miliar dolar AS menjadi 19,6 miliar dolar AS pada akhir September 2016.

Awal bulan ini, CBE mengumumkan devaluasi pound Mesir sebesar 48 persen yang akan memungkinkan pound mengambang di pasar keuangan berdasarkan penawaran dan permintaan.

Langkah ini dimaksudkan untuk membatasi kenaikan dan penurunan dolar AS, mendorong investasi asing dan memenuhi permintaan utama IMF untuk memberikan Mesir dengan pinjaman.

Sementara itu, dewan IMF yang berbasis di Washington dalam sebuah pernyataannya mengatakan bahwa pembayaran selanjutnya akan segera dicairkan 2,75 miliar dolar AS yang akan tergantung pada kinerja ekonomi negara dan pelaksanaan reformasi.

"Program reformasi akan membantu Mesir memulihkan stabilitas makroekonomi dan meningkatkan pertumbuhan inklusif," kata pernyataan itu.

Kebijakan-bebijakan didukung oleh program bertujuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan eksternal dan mengembalikan daya saing, menempatkan defisit anggaran dan utang publik di jalur menurun, meningkatkan pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja sekaligus melindungi kelompok rentan, kata pernyataan itu.

Mesir telah berjuang untuk bertahan hidup dari resesi ekonomi parah yang menyebabkan penurunan cadangan devisa, peningkatan defisit anggaran dan peningkatan utang luar negeri.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016