Jakarta (ANTARANews) - Pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia terbilang sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan gerakan masif untuk menghemat penggunaan energi dari berbagai kalangan. "Kebutuhan energi di Indonesia tumbuh 6,5 sampai tujuh persen/tahun," kata Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Farida Zed, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, angka pertumbuhan sebesar itu termasuk signifikan. Tidak banyak negara mengalami pertumbuhan konsumsi energi sebesar itu, kecuali China dan India, di samping Indonesia.

Diakuinya, pertumbuhan kebutuhan energi sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan (GDP).

Namun, hal itu tidak berarti laju pertumbuhan konsumsi energi tidak harus ditekan, mengingat ketersediaan sumber daya alam sebagai bahan baku energi terus menurun, terutama yang tidak terbarukan.

"Karena itu upaya penghematan energi menjadi perhatian besar kami," ujar Farida pada kampanye "Hemat Energi Bagimu Negeri" yang dilakukan perusahaan elektronik PT LG Electronics Indonesia.

Pemerintah sendiri melalui Kementerian ESDM memiliki program dan target dalam pencapaian hemat energi lewat "Gerakan Potong 10%." "Sampai Desember 2016 kami perkirakan akan terjadi penurunan konsumsi energi sebesar 1,8 juta terra watt hour dan (penurunan emisi) satu juta ton CO2," kata Farida.

Gerakan itu, lanjut dia, perlu mendapat dukungan dan dilakukan oleh instansi dan lembaga pemerintah tapi juga masyarakat mulai dari penggunaan energi listrik di rumah-rumah tangga sampai dengan perusahaan swasta besar maupun kecil.

"Indonesia masih paling boros dalam pemanfaatan energi," katanya.

Oleh karena itu, Farida mengharapkan perusahaan yang memiliki teknologi yang mampu menghemat energi melakukan kampanye dan edukasi untuk konservasi dan efisiensi energi dalam jangka panjang.

"Komitmen Indonesia untuk penurunan emisi, Gas Rumah Kaca, tidak berubah," ujarnya.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016