Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menerima Asosiasi Petani Tembakau Indonesia, yang ingin memberikan dorongan semangat agar RUU Pertembakauan dapat segera disahkan.
 
"Proteksionisme terkait dengan tembakau harus dilakukan, karena satu-satunya cara kita menjaga keluhuran adalah dari cara kita memandang tembakau dan lain-lainnya dengan proteksi," katanya melalui keterangan tertulis, Kamis.

"Di dalam Undang-undang itu harus mencakup secara komplit, jangan hanya melindungi petani tetapi tidak melindungi masyarakat. Jangan pula hanya melindungi industri tetapi tidak melindungi kesehatan masyarakat," lanjut Fahri.

Menurutnya, melindungi petani itu tidak harus dengan merusak, tetapi dengan memperbaiki sisi kehidupan bangsa lainnya secara bersamaan.

"Petani tembakau ingin diproteksi dari impor, dan memang semua rakyat Indonesia harus dilindungi produksinya. Sementara kepentingan industri adalah harga tembakau murah, bahan baku yang tersedia dan terjamin. Dan kepentingan pemodal adalah bisa membangun banyak pabrik disini," ujar Fahri.

Ia juga menjelaskan, problema lain adalah pemodal-pemodal asing yang melakukan repatriasi. Banyak negara di dunia yang saat ini tidak memperbolehkan pabrik tembakau di negaranya, kemudian mereka mencari tempat usaha, dan mungkin saja Indonesia menjadi sasaran tempat usaha tersebut.

"Bila Indonesia hanya menjadi sasaran tempat usaha bagi mereka, pabriknya ada disini tetapi tenaga kerjanya orang asing, barangnya juga di impor dari luar, kemudian diproduksi secara masal disini, maka kita hanya akan menjadi pasar," katanya.
 
Fahri menjelaskan, ini adalah early dirty capitalism yang sejak jaman Bung Karno sudah dilawan. Oleh karena itu, tugas DPR sebagai regulator harus menggunakan strategi terbalik, yakni keberadaan undang-undang ini harus bisa menjamin produksi petani, melarang impor dengan strategi regulasi tertentu.
 
"Dengan menggunakan sumber daya alam dan SDM kita sendiri, maka rekrutmen tenaga kerja meningkat. Apalagi dikelola oleh usaha dalam negeri, maka uangnya akan bertahan dan bisa digunakan untuk investasi dalam negeri. Bila perlu setelah itu, kita serang pasar ekspor," pungkasnya.

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016