Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antar bank di Jakarta pada Jumat pagi turun 46 poin menjadi Rp13.406 per dolar AS.

"Pelemahan rupiah kembali terbuka di tengah dolar AS yang menguat tajam tadi malam di pasar global dan harga komoditas yang telah memulai tren turunnya," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.

Faktor yang mendorong dolar AS menguat, menurut dia, antara lain inflasi Amerika Serikat pada Oktober yang diumumkan naik menjadi 1,6 persen dan pidato Kepala The Federal Reserve Janet Yellen di depan Kongres AS yang cenderung hawkish mengenai kenaikan suku bunga acuan.

"Yellen menyampaikan Fed Fund Rate bisa naik dalam waktu dekat," katanya.

Di sisi lan, dia menjelaskan, Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan (7-Day Reverse Repo Rate) 4,75 persen membuat pasar tetap waspada terhadap ketidakpastian global walaupun Bank Indonesia berkomitmen hadir di pasar valas untuk menjaga stabilitas rupiah.

Sementara Analis Riset FXTM Lukman Otunuga mengatakan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat meningkatkan harapan akan ada kenaikan suku bunga Amerika Serikat akhir tahun ini.

"Kemenangan Donald Trump yang cukup mengejutkan meningkatkan harapan kenaikan suku bunga AS di bulan Desember dan memperkuat optimisme perbaikan pertumbuhan ekonomi AS di bawah pemerintahan Trump," katanya.

Selain itu, ia melanjutkan, data-data terus menunjukkan stabilitas ekonomi Amerika Serikat dan menjadi motivasi bagi investor untuk mengakumulasi mata uang negara itu.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016