Lima, Peru (ANTARA News) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Sabtu (19/11) bertemu pria yang dia sebut sebagai pahlawannya, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan mencurahkan keluhannya mengenai "kemunafikan", "intimidasi" dan perang luar negeri Amerika Serikat.

Duterte, yang secara terbuka mengungkapkan kekagumannya kepada pemimpin Rusia itu, mengatakan bahwa Perang Dingin menjadi penghalang antara kedua negara mereka karena Filipina, bekas koloni Amerika Serikat, secara historis dikenal dekat dengan negara Barat. Namun semuanya berubah karena sekarang dia presidennya.

Sejak berkuasa pada Juni, Duterte membalikkan persekutuan militer bersejarah Filipina dengan Amerika Serikat, berulang kali mengatakan dia berubah haluan ke Tiongkok dan Rusia seiring dengan upayanya mewujudkan kebijakan luar negeri yang independen.

"Bagus itu berakhir," kata Duterte kepada Putin mengenai apa yang dia sebut sebagai "perpisahan" dari Amerika Serikat.

"Belakangan ini, saya melihat banyak negara Barat mengintimidasi negara-negara kecil. Dan tidak hanya itu, mereka menjadi sangat munafik," katanya dalam pertemuan 45 menit mereka di sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation/APEC) di ibu kota Peru, Lima.

"Dan mereka tampaknya mengobarkan perang tetapi takut berperang. Itulah yang salah dengan Amerika dan yang lainnya. Mereka mengobarkan perang di begitu banyak tempat -- di Vietnam, di Afghanistan dan di Irak untuk satu alasan tunggal bahwa ada senjata pemusnah massal, dan ternyata tidak ada apa-apa."

Duterte juga menyebut Amerika Serikat "memaksa" Filipina mengerahkan tentara dalam perangnya di Vietnam dan Irak.

Ketika Manila menarik pasukan nontempur yang menjadi bagian dari koalisi pimpinan Amerika Serikat dalam melawan Saddam Hussein di Irak pada 2004, menyusul ancaman pemenggalan seorang pekerja Filipina yang diculik di sana, Washington "mempersulit kami", ucap Duterte kepada Putin dalam sebuah video yang direkam oleh tim penyiaran istana kepresidenan Filipina.

"Ini hal-hal yang menurut pandangan saya bukan ide yang baik," kata Duterte sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Dia juga mengatakan bahwa Filipina ingin menjadi bagian dari Eropa.

"Kami juga menantikan bisa menjadi bagian -- terlepas dari jarak -- kami ingin menjadi bagian dari Eropa, terutama dalam hal perdagangan di seluruh dunia."

Duterte, yang menunjukkan citra sebagai pemimpin tanpa basa-basi, mengatakan bulan lalu "pahlawan favorit saya adalah Putin."

Dia juga mengatakan bahwa dia dan Putin tampaknya sama-sama menyukai senjata dan perempuan. (mr) 


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016