Kita hanya mengatakan bermaksud untuk ikut, tapi akan mempelajari dulu,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan saat ini belum ada keputusan resmi dari pemerintah terkait keterlibatan Indonesia dalam komitmen perdagangan Kemitraan Trans-Pacific (TPP).

"Kita hanya mengatakan bermaksud untuk ikut, tapi akan mempelajari dulu," kata Darmin di Jakarta, Senin.

Darmin menambahkan bahwa pemerintah baru bisa memberikan pendapat mengenai keikutsertaan Indonesia dalam TPP setelah hasil kajian mengenai dampak positif maupun negatif kerja sama perdagangan tersebut selesai.

Darmin tidak mau berkomentar lebih lanjut mengenai masa depan TPP yang digagas oleh Presiden AS Barrack Obama akan bubar, seusai pengusaha Donald Trump terpilih secara mengejutkan dalam pemilihan Presiden AS.

Namun, menurut dia, untuk saat ini akan lebih baik bagi Indonesia untuk meneruskan komitmen perdagangan bilateral maupun multilateral yang selama ini telah terjalin dengan baik.

Sebelumnya, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi memperkirakan komitmen perdagangan TPP akan bubar setelah Donald Trump memberikan sinyal akan menerapkan kebijakan proteksionisme.

"Saya tidak percaya, TPP itu akan ada. Itu kita lupakan saja," kata Sofjan.

Daripada mengkhawatirkan dampak terpilihnya Trump, Sofjan menegaskan akan lebih baik bagi pemerintah untuk memperkuat fundamental ekonomi agar mampu berdaya saing dan tidak rentan terhadap tekanan global.

Menurut Sofjan, penguatan itu juga harus dilakukan kepada industri dalam negeri agar lebih kompetitif dan mampu bersaing dengan produk impor yang kemungkinan akan membanjir bila AS benar-benar melakukan proteksionisme.

"Sekarang belum ada keputusan yang clear, tapi kita harus memperkuat industri dalam negeri. Jangan sampai negara lain tidak bisa ekspor ke AS, terus dilempar kesini. Nanti mati industri dalam negeri kita," ujar mantan Ketua Apindo itu.

Terkait dengan kebijakan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengatakan masih belum bisa diprediksi, apakah AS nantinya berubah menjadi proteksionis atau tidak.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016