Padang (ANTARA News) - Direktur Pengelolaan Media Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sunaryo mengatakan tayangan televisi swasta nasional di Indonesia belum mampu mengedukasi masyarakat, karena 67 persen dari siarannya merupakan hiburan dan iklan komersial.

"Saat ini isi tayangan televisi swasta nasional menitikberatkan pada hiburan dan iklan komersial," katanya pada kegiatan Diskusi Efektifitas Pemanfaatan Media Publik Dalam Menunjang Pelaksanaa Tugas dan Fungsi Humas di DPRD Sumatera Barat, Selasa.

Menurutnya banyak siaran yang tidak memberi informasi yang sehat, mendidik dan mencerahkan dan memberdayakan masyarakat seperti siaran yang hanya meningkatan pendapatan saja.

Ia mengatakan saat ini aspek edukasi dari siaran di bidang politik kurang mendapat perhatian dari pengelola media televisi tersebut yang mengakibatkan banyanya pertanyaan dan opini publik yang tidak terjawab.

Jika pun ada, kata dia, pemilik televisi swasta nasional saat ini pemberitaannya lebih mementingkan kepentingan suatu golongan politik dan menjadi media untuk menjatuhkan lawan politik atau juga membunuh karakter pejabat publik.

Ia meminta mayarakat untuk lebih cerdas dalam menonton televisi agar dapat memilih mana media yang benar-benar netral dan tidak memihak siapa pun. "Juga diperlukan kecerdasan masyarakat," ujarnya.

Media merupakan alat vital yang dapat merubah opini publik dengan mudah dan mempengaruhi siapa saja yang tidak dapat mencerna berita dengan baik.

"Termasuk juga berita di media sosial yang terkadang tidak jelas sumbernya jangan dipercaya begitu saja" tambahnya.

Senada dengan itu Direktur Pusat Kajian Sosial-Budaya dan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, Mestika Zet mengatakan tayangan televisi Indonesia semakin memprihatinkan.

Media, katanya terlalu terobsesi dengan pendapatan dan kepentingan sebuah golongan sehingga masyarakat tidak mendapatan haknya untuk memperoleh informasi yang baik dan benar.

"Komisi Penyiaran Indonesia harus lebih gigih untuk mengawal permasalahan ini," katanya.

Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016