Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan tingkat menteri MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia) akan meminta dukungan dari negara mitra Indonesia di MIKTA untuk pencalonan anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).

"Menlu RI akan berupaya meyakinkan negara-negara mitra di MIKTA untuk mendukung pencalonan Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020," kata Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri RI Muhsin Syihab di Jakarta, Rabu.

Menlu Retno akan menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri MIKTA yang berlangsung di Sydney pada 24-25 November 2016.

"Pertemuan MIKTA tingkat menteri yang ke-8 ini dilakukan atas undangan dari Menlu Australia Julie Bishop yang saat ini menjadi ketua MIKTA," ujar Muhsin.

Menurut dia, pada pertemuan tersebut para menteri negara anggota MIKTA secara umum akan membahas berbagai perkembangan situasi terkini di tingkat global dan kawasan, kegiatan MIKTA di masa mendatang, dan kemajuan proses kesepakatan yang telah dibuat antaranggota MIKTA.

"Beberapa isu yang akan dibahas dalam pertemuan tingkat menteri MIKTA, antara lain isu radikalisme, terorisme, masalah kemanusiaan, perubahan iklim, pembangunan ekonomi," kata dia.

Dia juga menyebutkan bahwa dalam pertemuan itu, Menlu Retno akan menjadi pemimpin untuk diskusi operasi misi pemeliharaan perdamaian.

Pemerintah RI dipilih untuk memimpin diskusi tersebut, kata Muhsin, karena Indonesia dianggap mempunyai partisipasi yang baik dalam upaya-upaya menjaga perdamaian dunia.

"Menlu Retno akan menyampaikan nilai penting partisipasi perempuan dalam mendorong terciptanya perdamaian di negara-negara konflik," ungkap dia.

Indonesia adalah negara yang berperan sangat aktif untuk isu-isu penting PBB, baik di tingkat regional maupun di fora internasional.

Kampanye pencalonan Indonesia untuk menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020 telah diluncurkan secara resmi oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di New York pada 22 September 2016.

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016