Gorontalo (ANTARA News) - AgFor (Agroforestri dan Forestry) Sulawesi membangun 491 kebun percontohan yang menggunakan sistem agroforestri, Selama lima tahun masa implementasinya di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara serta dua tahun di Gorontalo.

Di Provinsi Gorontalo, area kerja Agfor meliputi Kabupaten Booalemo dan Kabupaten Gorontalo, dengan kebun percontohan di Dulamayo Selatan.

Pimpinan Proyek AgFor Sulawesi James M.Roshetko, Kamis, mengatakan, pihaknya juga memfasilitasi 23.964 orang (35 persen diantaranya perempuan) dalam berbagai lokakarya dan pelatihan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Sedangkan untuk kebun percontohan, pihaknya melibatkan 2.417 petani (36 persen diantaranya perempuan), membantu petani mendirikan lebih dari 286 pembibitan pohon yang memproduksi lebih dari 1.338.976 bibit, dan melatih 1.661 orang petani untuk memasarkan produk mereka secara lebih baik.

Menurutnya, saat ini sebanyak 366.137 orang mendapatkan akses yang lebih mudah untuk mendapatkan bibit pohon yang berkualitas dan lebih dari 630.000 orang mengalami peningkatan pendapatan setelah menerapkan ilmu yang didapat dari pelatihan AgFor.

"Angka capaian tersebut sangatlah melampaui target awal proyek. Kontribusi pemerintah setempat di Sulawesi Tenggara, petani, dan mitra berperan sangat besar selama pelaksanaan proyek ini," ujarnya saat kegiatan penutupan proyek sekaligus serah-terima proyek kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo di Hotel Amaris, Kota Gorontalo.

Ia menilai pelaksanaan proyek agfor dilakukan di Kabupaten Gorontalo dan Boalemo, karena dua wilayah itu memiliki isu pengelolaan lanskap pertanian terutama monokultur jagung di lahan dengan kemiringan tinggi.

Dalam kajian AgFor, sebesar 60 persen wilayah di provinsi Gorontalo merupakan daerah berlereng dan didominasi oleh tanaman jagung.

"Pertanian monokultur jagung di daerah berlereng menyebabkan penggundulan (clearing) lanskap, karena tanaman jagung sifatnya membutuhkan sinar matahari penuh," ungkapnya.

Petani, kata dia, diajak menggeluti pertanian konservasi melalui pengembangan sistem terasiring dengan teknik NVS (Natural Vegetative Strips), pembuatan bibit unggul, manajemen kebun campur dengan jarak tanam yang tepat, pembuatan dan aplikasi pupuk kompos, demplot kebun agroforest, dan pelatihan calon penangkar.

Para petani binaan AgFor juga telah menerapkan sistem agroforestri dalam pola perkebunannya. Pengelolaan kebun ini umumnya mengkombinasikan beberapa jenis tanaman dalam satu lahan, seperti kakao dengan merica, durian, rambutan, dan beberapa tanaman lainnya.

Penerapan sistem agroforestri ini telah meningkatkan produksi beberapa tanaman perkebunan dengan waktu panen yang berbeda antara satu dengan jenis tanaman lainnya, dan perbedaan waktu panen tersebut membuat petani memperoleh pendapatan secara berkesinambungan.

Pewarta: Debby HM
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016