Yangon (ANTARA News) - Polisi Myanmar mengaku telah menangkap tiga muslim Sabtu ini karena telah menanam bom rakitan sendiri di sekitar Yangon. Mereka tengah diselidiki keterkaitannya dengan apa yang disebut Myanmar "teroris" di Provinsi Rakhine di mana militer menindas minoritas muslim Rohingya.

Dua bom berdaya ledak rendah meledak di dalam kompleks kantor pemerintah daerah Jumat malam kemarin.

Ini adalah serangan skala kecil ketiga yang menimpa kawasan komersial yang biasanya damai dalam kurun sepekan terakhir.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini namun insiden itu menyebarkan kekhawatiran di kota terbesar di Myanmar yang biasanya tidak menjadi sasaran serangan kendati di Myanmar ada beberapa kelompok pemberontak.

Ledakan bom ini terjadi di tengah kian tegangnya negeri setelah berpekan-pekan kekerasan bersenjata di Provinsi Rakhine dan bentrok antara tentara dengan pihak pemberontak di Provinsi Shan.

Polisi menangkap ketiga muslim itu di pusat kota Yangon di Thingyangyun setelah menanyai seorang perempuan yang berada di situs ledakan.

Perempuan ini sendiri tidak diperkarakan.

"Ketiga tersangka sudah ditahan bersama dengan alat pembuat bom. Mereka semua muslim," kata seorang polisi kepada AFP.

Ketiga muslim mengaku telah membuat bahan peledak-bahan peledak itu.

Polisi masih menyelidiki apakah ketiganya memiliki kaitan dengan teroris di Rakhine.

Belasan orang meninggal dunia di Rakhine setelah serangan ke sbuah pos polisi bulan lalu yang memicu penumpasan oleh tentara.

Pemerintah Myanmar berkilah bahwa penggerebakan dilakukan untuk membasmi para militan islamis yang dipimpin seorang alumnus didikan Taliban Pakistan.

Namun para diplomat asing meragukan dalih pemerintah Myanmar ini.

Sejumlah video yang menayangkan anak-anak muda bersenjatakan pisau dan senapan, yang mengaku pejuang kebebasan Rohingnya. sudah menyebar online.

Rohingya dianggap sebagai manusia paling ditindas di dunia, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016