Perubahan kurikulum tersebut, yang diumumkan oleh Pemerintah Victoria pada Senin berbarengan dengan Pekan Keamanan Air, muncul setelah penelitian yang mengungkapkan tiga dari lima siswa di negara bagian itu tak bisa berenang ketika mereka meninggalkan sekolah dasar.
Berdasarkan program tersebut, semua sekolah akan diharuskan mengembangkan program mereka sendiri mengenai keselamatan air tapi akan menerima dana dari pemerintah untuk melakukannya.
Empat-puluh-tiga orang telah tewas di perairan Victoria dalam 12 bulan terakhir, naik dari rata-rata selama 10 tahun, sebanyak 38, sementara petugas paramedis juga menanggapi 70 peristiwa yang tidak mematikan.
Selama masa yang sama, orang tewas tenggelam di kalangan orang yang berusia lebih dari 65 tahun naik 40 persen, sehingga memicu kegiatan utama keselamatan air dengan sasaran orang yang berusia lanjut, yang juga diumumkan pada Senin.
Untuk memenuhi keperluan itu, anak-anak akan diharuskan memperoleh Victorian Water Saftey Certificate, setelah menjalani tes pengetahuan mereka mengenai keselamatan air, ketrampilan pertolongan dan kemampuan dalam kondisi bertahan hidup, selain kemampuan mereka berenang.
James Merlino, Menteri Pendidikan dan Layanan Darurat Victoria, sebagaimana dikutip Xinhua, di Jakarta, mengatakan kurikulum baru tersebut akan "membantu menyelamatkan nyawa".
"Itu sebabnya mengapai siswa akan belajar mengenai keselamatan air, cara mengambang dan berenang sebagai bagian dari kelas pendidikan fisik mereka dari tahap pertama tahun depan," kata Merlino kepada News Limites pada Senin.
General Manager Pendidikan bagi Life Saving Victoria, Kate Simpson, menyambut baik perubahan tersebut dan mengatakan sekolah adalah tempat yang tepat untuk "memberi ketrampilan keselamatan nyawa ini".
"Kami berharap pengetahuan dan ketrampilan yang diterima anak-anak akan berlangsung sampai mereka dewasa dan memungkinkan mereka memperoleh keselamatan di air," kata Simpson.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
