Jakarta (ANTARA News) - Effendy (64) masih ingat betul di era 1970-an, Pasar Santa tak sehari pun kehilangan pengunjungnya. Memang kala itu barang dagangan yang tersaji tak sevariatif saat ini, kebanyakan hanya sembako dan kebutuhan rumah tangga pada umumnya.

Sembari membetulkan letak kacamatanya, pria yang membuka kios alat-alat listrik di lantai dasar pasar itu mengatakan pada waktu itu belum ada pasar lain yang menandingi Santa, hingga pusat perdagangan modern salah satunya di kawasan Blok M berdiri di awal 1980-an.    

"Waktu itu belum ada Blok M. Di sini selalu ramai, bisa sampai malam. Kalau sekarang jam 18.00 WIB saja sudah sepi. Gedung pasar juga dipugar, tak seperti dulu," ujar Effendy saat ditemui ANTARA News di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Senin.

Pamor pasar yang terletak di Cisanggiri II, Kebayoran Baru itu kian meredup, perlahan ditinggalkan pengunjung hingga menjelang tahun 2000-an.

Sampai 2014 lalu, secara mengejutkan, pasar ini tampil beda. Berbagai barang dagangan unik, mulai dari kaset, CD, vinyl, barang antik hingga makanan unik yang sebelumnya belum pernah hadir di sana, mengundang rasa penasaran banyak orang.

Tak dipungkiri kala itu, anak-anak muda di Jakarta menjadikan kawasan Pasar Santa sebagai tempat "nongkrong", berdiskusi banyak hal.

"Pasar Santa itu sudah lama mati suri dengan kondisi sangat sepi, dari 1051 tempat usaha yang aktif sekitar 212 saja. Saya mengambil kesimpulan untuk meramaikan dengan menciptakan ide pasar yang bisa dikenal, bisa diingat, dengan mendatangkan komunitas yang punya pangsa inovatif dan kreatif," kata Kepala Pasar Santa era 2012-2016, Bambang Sugiarto, dalam kesempatan berbeda.

Sayang, kondisi ini tak berlangsung lama. Akhir tahun 2014, pesona pasar kembali hilang seiring berbagai masalah yang muncul, mulai dari meroketnya harga sewa kios hingga belasan juta per tahun hingga sempitnya lahan parkir.

"Pada waktu itu masalah parkir karena areal parkir tidak cukup karena kendaraan banyak sekali  tidak tertampung. Upaya waktu itu saya komunikasi dengan Bumiputra dan ada wacana parkir di kantor Wali Kota Jakarta Selatan, tapi belum ada tindak lanjut padahal Pasar Santa sangat potensial," kata Bambang.

Solekan baru, ragam acara hingga dekorasi interior

Kepala Pasar Santa yang baru saja menjabat Maret 2016 lalu, Achmad Subhan mengatakan, tengah mengupayakan relokasi kios pedagang bunga yang terletak di kawasan parkir ke bagian lain pasar untuk memperluas lahan parkir.

"Pasar Santa akan berbenah dengan merelokasi pedagang bunga yang berada di areal parkir. Nantinya untuk kenyamanan seluruh pengunjung. Pedagang akan direlokasi ke bagian belakang pasar Santa, jumlahnya akan dibatasi. Pedagang hanya 18 pedagang saja. Dengan begitu, akan menampung parkir lebih banyak lagi. Banyak pengunjung yang mengeluhkan fasilitas parkir kurang," tutur dia.

"2017 sudah action. Pedagang bunga akan dibentuk komunitas, namanya Komunitas Pedagang Bunga Pasar Santa. Artinya, mudah-mudahan kejayaan pasar akan kembali. Memang pedagang bunga ada yang pengambilan bunga dari Rawa Belong ataupun Jawa Barat," sambung Subhan.

Nantinya, kawasan parkir pasar yang memiliki luas sekitar 3000 m2 bisa menampung sebanyak 50 mobil dan 300 buah sepeda motor.

Selain lahan parkir, lanjut Subhan, beragam acara juga akan dihadirkan demi menarik kedatangan pengunjung.

"Event di 23-24 Desember misalnya, ada 'Santa Sale Out'. Di situ lah para komunitas anak muda kreatif menjajakan dagangannya, ada fesyen, bidang musik, piringan hitam, barang antik dan kuliner. Kami kerjasama dengan komunitas, untuk meramaikan pasar," kata dia.

Tak hanya itu, pihak pengelola pasar nantinya akan memasang semacam penyaring udara di beberapa titik pada kawasan lantai 1, karena kebanyakan kios yang dikunjungi berada di sana.

"Enggak menutup kemungkinan kami akan buat miniatur unik-unik, pesawat-pesawat kami gantung. Mungkin tata surya juga untuk menarik pengunjung anak-anak," ujar Subhan.

Fasilitas toilet juga tersedia di berbagai sudut lantai. Kondisinya relatif bersih karena ada petugas yang bertanggung jawab di sana. Selain itu, mushola yang terletak di lantai 1 juga bisa dimanfaatkan pengunjung untuk menunaikan ibadah solat.  

Santa akan bangkit kembali

Fasilitas yang mendukung kenyamanan pengunjung berbanding lurus dengan kenyamanan pedagang mengais rezeki. Subhan mengatakan saat ini harga sewa kios telah kembali seperti semula, yakni Rp 6 juta per tahunnya.

"Sekarang sewa Rp7,5 juta per tahun untuk foodcourt. Untuk kios Rp6 juta. Pengawasan tetap. Kami selalu mengawasi pemilik tempat dan penyewa. Dibayar dimuka untuk setahun. Dimonitor kios disewakan dari tangan ke tangan. Kami sudah 'commit' sama komunitas, duduk bareng memutuskan hukuman bagi yang melanggar," kata dia.

Mitha, salah satu pedagang produk kecantikan di lantai dasar mengakui harga sewa kini tak semahal dulu.

Kini dari 350 kios di lantai 1, sekitar 175 kios sudah terisi. Sementara di lantai basement sudah semua terisi, yakni 189 kios, 280 los dan 14 gerai. Kemudian di lantai dasar, dari 318 kios sebagian sudah terisi dan dibuka.

Selain itu, pembangunan jalan menuju Cileduk yang mempengaruhi berkurangnya pengunjung, diharapkan segera rampung. Jalur TransJakarta di dekat pasar yang dinantikan bisa selesai secepatnya juga dirasa bisa mempermudah akses menuju pasar.

"Mudah-mudahan dengan jalan selesai, pengunjung akan kembali. Di hari Jumat dan akhir pekan lebih banyak lagi pengunjung dibanding hari biasa. Kalau sekarang sekitar 200 pengunjung untuk akhir pekan," tutur Subhan.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016