Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange jatuh pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena salah satu alat ukurnya, dolar AS, sempat berada di kisaran tertinggi baru 52-minggu di tengah data ekonomi AS yang positif.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun tiga dolar AS, atau 0,25 persen, menjadi menetap di 1.190,80 dolar AS per ounce.

Logam mulia diletakkan di bawah tekanan luas, karena Departemen Perdagangan AS merilis laporan produk domestik bruto (PDB) pada Selasa yang menunjukkan pertumbuhan 3,2 persen selama kuartal ketiga 2016.

Analis mencatat angka itu berada pada ujung tinggi dari konsensus dan memberi semangat kepada investor yang terus memperkirakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS pada Desember.

Investor percaya Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,50 ke 0,75 selama pertemuan FOMC Desember. Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk menaikkan suku bunga dari 0,50 menjadi setidaknya 0,75 adalah 96 persen pada pertemuan Desember dan 95 persen pada pertemuan Februari.

Emas berada di bawah tekanan lebih lanjut karena dolar AS menghabiskan sebagian besar hari di dekat tertinggi 52-minggu, penghalang teknis utama yang mengurangi permintaan "safe haven" untuk logam mulia.

Pada akhir hari perdagangan, indeks dolar AS melemah 0,18 persen menjadi 100,98 pada pukul 19.45 GMT, tetapi penguatan di sebagian panjang hari melebihi perdagangan jelang penutupan pasar.

Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Perak untuk pengiriman Maret bertambah 6,5 sen, atau 0,39 persen, menjadi ditutup pada 16,74 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun dua dolar AS, atau 0,22 persen, menjadi ditutup pada 921,30 dolar AS per ounce, seperti dilaporkan Xinhua.

(UU.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016