Malang (ANTARA News) - Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur bakal mengurangi kuota untuk program sarjana (S1) hingga menjadi 10.000 mahasiswa baru dan menambah kuota program magister (S2) dan doktoral (S3) pada tahun akademik 2017/2018.

"Tahun depan kuota untuk mahasiswa baru sarjana (S1) akan kita kurangi cukup siginifikan. Dari sekitar 12.000 pada tahun lalu menjadi 10.000, namun kita akan menambah kuota untuk program magister dan doktoral," kata Rektor UB Prof Dr Mohammad Bisri di Malang, Rabu.

Pengurangan kuota tersebut, kata Bisri, disebabkan keterbatasan lahan yang dimiliki UB. Selain itu, UB ingin memaksimalkan potensi lulusan agar lebih berkualitas dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Oleh karena itu, lanjutnya, setiap tahunnya penerimaan mahasiswa baru akan lebih diperketat lagi agar "input" maupun "output"-nya lebih berkualitas dan maksimal.

"Kita masih kalah bersaing dengan perguruan tinggi yang ada di Malaysia, Thailand maupun Singapura, kita malu karena negeri ini begitu besar dan SDM-nya juga mumpuni," urainya.

Rektor menambahkan hal penting untuk Universitas Brawijaya adalah menciptakan lulusan yang berkualitas dan kompeten pada bidangnya sehingga benar-benar bisa berkontribusi secara maksimal sesuai bidangnya di kancah nasional dan internasional.

"Kami juga terus mendorong lulusan S1 ini melanjutkan ke jenjang lebih tinggi (magister)," katanya.

Saat ini, kata Bisri, lulusan S1 yang melanjutkan ke jenjang berikutnya (magister dan doktoral) jumlahnya masih sedikit, yakni hanya sekitar 5 persen, bahkan lulusan S1 kebanyakan mengincar profesi sebagai PNS yang notabene persaingannya ketat dan peluangnya sangat kecil.

Memang, ujar rektor, lulusan yang memilih menjadi pegawai di perusahaan besar atau ingin menjadi seorang entrepreuner juga banyak.

"Inilah yang akan kami dorong, enterpreunernya. Lulusan seperti di Jepang pasti selalu diinden oleh perusahaan besar, sebab mereka sangat berpotensi dan ahli dibidangnya. Oleh karena itu, kami berharap lulusan kita juga bisa seperti itu dengan memaksimalkan potensi yang ada," ujarnya.

Menyinggung komposisi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, Bisri mengatakan, meskipun tidak sama 50 persen, paling tidak untuk jenjang S1 70 persen dan selebihnya program magister dan doktoral.

"Komposisi 70:30 sudah cukup ideal, namun untuk mencapai angka itu tidak mudah. Oleh karenanya, kami memulainya dari pengurangan kuota maba S1 dan menambah kuota program S2 maupun S3," ucapnya.

Pada tahun 2013, jumlah mahasiswa baru Universitas Brawijaya mencapai 16 ribu dan berangsur turun pada tahun 2014 menjadi 13 ribu, tahun 2015 dan 2016 turun lagi menjadi 12.000, serta 2017 menjadi 10.000. 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2016