Jakarta (ANTARA News) - Industri mesin dan perlengkapan manufaktur diminta terus berinovasi dan menerapkan teknologi canggih, karena berperan penting dalam menunjang kegiatan proses produksi perusahaan untuk menghadilkan barang berkualitas.

Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar pada pembukaan Manufacturing Indonesia Series 2016: The 27th International Manufacturing, Machinery, Equipment, Materials and Services Exhibition di Jakarta, “Dengan menggunakan teknologi canggih, sehingga akan menciptakan mesin dan perlengkapan yang efisien dan menjadi solusi praktis bagi perusahaan,” kata Haris melalui keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.

Menurut Haris, pemerintah terus berupaya meningkatkan pertumbuhan industri nasional melalui program-program unggulan yang berbasis pada peningkatan nilai tambah.

Langkah ini, salah satunya dilakukan dengan dukungan pengembangan potensi alat dan mesin manufaktur dalam negeri.

”Program yang tengah dilaksanakan oleh Pemerintah, antara lain pembangunan proyek ketenagalistrikan 35.000 megawatt dan program kedaulatan pangan melalui penambahan lahan sawah baru seluas satu juta hektar,” tuturnya.

Selain itu, jika melihat belanja modal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pemerintah, permintaan alat dan mesin manufaktur dalam jumlah besar dapat dioptimalkan untuk membangun industri barang modal nasional khususnya industri mesin perkakas.

”Kami mengharapkan, melalui pameran ini, peserta yang ikut serta dapat memamerkan produk yang inovatif dan solutif dari berbagai negara sekaligus berbagi pengalaman dengan produsen dalam negeri tentang teknologi yang dimiliki,” papar Haris.

Haris juga meminta kepada pelaku industri mesin dan perlengkapan manufaktur global, agar Indonesia tidak hanya sebagai tujuan pasar saja, melainkan juga dapat dijadikan basis produksi mereka sehingga hubungan Indonesia dengan negara-negara prinsipal pengembangan teknologi dapat terjalin erat di masa mendatang.

Pameran tingkat internasional yang dilaksanakan pada tanggal 30 November-3 Desember 2016 ini, diikuti lebih dari 2.000 perusahaan dari 31 negara, diantaranya dari Tiongkok, Jepang, Korea, Singapura, Taiwan, Thailand, India, dan Jerman.

Pameran ini didukung oleh Kementerian Perindustrian, Asosiasi Industri Mould & Die Indonesia (IMDIA), Asosiasi Mesin Perkakas Indonesia (ASIMPI) dan Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM).

Selain itu, Asosiasi Industri Perkakas Presisi (AIPPINDO), Asosiasi Pengerjaan Logam & Permesinan (ASPEP), Gabungan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA), serta Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia (APLINDO).

Sementara itu, Project Director PT. Pamerindo Indonesia Maysia Stephanie selaku pihak penyelenggara, merespons positif laju perkembangan industri manufaktur Indonesia pada akhir tahun 2016. Menurutnya, industri manufaktur merupakan sektor yang cukup stabil dan menjadi salah satu penopang perekonomian negara di tengah ketidakpastian perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan yang positif.

“Kami ketahui bahwa di awal tahun kondisi ekonomi sempat tidak stabil, namun setelah masuk kuartal III pergerakan ekonomi kita semakin membaik. Ada semacam optimisme dari industri manufaktur untuk kembali bergeliat dan meningkatkan kualitas outputnya untuk tahun depan,” terangnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016