Jakarta (Antara) – Memasuki revolusi industri 4.0, pabrik-pabrik di dunia akan lebih banyak menggunakan kolaborasi manusia-robot yang digerakan melalui siber untuk memproduksi sebuah produk. Hal ini disampaikan oleh Budi Sutanto, Managing Director PT. Omron Electronics Indonesia, sebuah perusahaan otomatisasi industri.

Menurut Budi, cepat atau lambat dunia akan menyambut revolusi industri keempat ini. Di beberapa negara seperti Korea Selatan dan Amerika, penggunaan robot di pabrik sudah cukup tinggi. Di Korea Selatan misalnya, perbandingan jumlahnya bisa mencapai 500 robot untuk 10.000 karyawan.

“Di negara-negara lain standarnya sekitar 66 robot untuk 10.000 karyawan,” katanya.  Namun sayang, di Indonesia perbandingannya masih 39 per 10.000 karyawan.

Konsep robot ini merupakan konvergensi dari sistem fisik dan siber yang terhubung melalui Internet of Things (IoT). Budi menambahkan, manfaatnya pun sangat baik karena bisa menekan biaya operasional, dan meningkatkan jumlah produksi.

Di industri makanan dan minuman contohnya, produsen bisa mengemas ukuran makanan dengan cermat dan tepat, yang tentu tak bisa dilakukan oleh manusia ketika jumlah produksi sangat banyak. “Selain itu, tak akan ditemukan lagi masalah seperti kotoran dan barang-barang yang tidak diinginkan masuk saat produksi makanan dan minuman tersebut,” paparnya.

Menurut Budi, konsep robot ini tak hanya berlaku untuk mesin pabrik saja, tapi juga untuk komponen-komponen lain untuk industri otomotif dan ponsel pintar. Di industri otomotif konsep ini sudah diterapkan pada sensor setir, di mana beberapa brand ternama memasang sensor bila sopir mengalami kantuk. Setir akan kembali pada posisi semula dan risiko kecelakaan akan semakin kecil.

Namun begitu, Budi mengakui saat ini belum banyak pabrik yang mau mengganti sistem perangkat produksi mereka. Salah satunya adalah karena investasi yang cukup tinggi. “Namun, semua butuh proses. Ke depannya pasti mereka mengganti sistem tersebut dengan robot,” pungkasnya.




Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2016