Di dalam Lapas saja masih banyak yang kekeh, masih keras dengan idiologi yang diyakininya."
Batam (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulanggan Terorisme (BNPT) menyatakan masih banyak terpidana kasus terorisme belum bisa tersentuh program deradikalisasi.

"Di dalam Lapas saja masih banyak yang kekeh, masih keras dengan idiologi yang diyakininya," kata Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius di Batam, Rabu malam.

Namun demikian menurut Suhardi, BNPT terus berupaya keras untuk menetralisasi faham radikalisme pada setiap tahanan kasus terorisme.

"Kami masih terus berupaya keras dengan mengandeng psikolog, dengan ulama yang lebih tinggi pemahaman agamanya. Jadi terus kami dekati supya bisa dia mengerti," kata dia.

Disamping itu, BNPT juga berupaya menyentuh pada sisi lain dengan peduli pada kelurga dan anak-anaknya supya faham radikalisme yang dianut bisa dinetralisir.

"Semua sisi kami coba sentuh sehingga faham-faham yang diyakini tersebut bisa segera dinetralisir. Sehingga tidak lagi mengulang hal tersebut," kata Suhardi.

Ia mengatakan, salah satu contoh penanganan pelaku terorisme hingga benar-benar bisa dideradikalisasi adalah terhadap pelaku penyerangan sebuah bank di Deli Serdang, Sumatera Utara beberapa tahun lalu.

Terhadap tokoh intelektualnya, kata dia, berhasil diradikalisasi dan bersama BNPT membangun masjid dan pondok pesantren antiradikalisasi.

"Tidak selamanya penanggulangan terorisme dilakukan dengan kekerasan. Penanggulanggan juga bisa dengan humanis yang selama ini jarang dilakukan," kata Suhardi.

Pada pesantren tersebut, anak-anak dari para mantan teroris dirawat dengan baik, diajari ilmu dan akhlak.

"Dengan cara itu bisa mereduksi paham radikalisasi," kata dia.

Suhardi berada di Batam untuk membuka kegiatan Rapat Sosilisasi Opersonal Prosedur Penanganan Aksi Terorisme pada Objek Vital Nasional Sektor Ketenagalistrikan.

Pewarta: Larno
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016