Ngawi (ANTARA News) - Sekitar 15 rumah warga di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terendam banjir akibat luapan air Sungai Bengawan Solo yang melintas di daerah setempat, Kamis.

"Hingga Kamis sore, ketinggian air di rumah warga bervariasi sekitar 50 sentimeter hingga 70 sentimeter," ujar Kepala Pelaksana BPBD Ngawi Eko Heru Cahyono kepada wartawan di Ngawi.

Menurut dia, belasan rumah warga yang terendam air Bengawan Solo tersebut berada di lingkungan Mulyorejo, Kelurahan Karang Tengah dan Perumahan Griya Rahayu di Gang Dupak, Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Ngawi.

Selain masuk ke rumah warga, air juga menggenang di jalanan kampung, sehingga cukup mengganggu aktivitas warga sekitar. Warga bahkan mulai mengamankan barang berharganya ke tempat lebih tinggi agar tidak terendam air.

"Tadi siang terpantau sempat surut sekitar 10 sentimeter, namun karena di daerah Ngawi dan Jawa Tengah hujan lagi, maka ketinggian air naik lagi hingga di beberapa titik hampir satu meter," kata dia.

Ia menjelaskan, air mulai masuk permukiman warga pada Kamis dini hari. Hal itu karena ketinggian air Bengawan Solo semakin mengkhwatirkan bahkan saat ini sudah masuk status merah yakni lebih dari 9 meter.

"Karena Kelurahan Karang Tengah dan Margomulyo merupakan wilayah cekungan, makanya wilayah tersebut yang langsung terdampak saat Bengawan Solo meluap," tambahnya.

Ia mengimbau warga di linkungan tersebut untuk tetap waspada jika air semakin tinggi pada malam hari nanti. Sebab, kondisi Bengawan Solo sangat tergantung dari cuaca di daerah hulu Jawa Tengah. "Jika di wilayah Wonogiri, Solo, dan Sragen hujan, maka bisa dipastikan ketinggian air Sungai Bengawan Solo akan naik dan berdampak pada daerah hilir seperti Ngawi, Bojonegoro, dan Tuban," katanya menerangkan.

Guna mengantisipasi bertambahnya ketinggian air, pihaknya telah menyiagakan sejumlah perahu karet untuk mengevakuasi warga yang terjebak banjir. Ia mengaku sejumlah warga dini hari tadi sudah ada yang minta dievakuasi dari rumahnya karena ingin mengungsi ke rumah saudaranya.

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016