Jakarta (ANTARA News) - Sekitar tiga puluhan penggemar tim nasional Indonesia mendatangi Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mengeluhkan praktik calo penjualan tiket semifinal Piala AFF 2016 Indonesia versus Vietnam.

"Calonya banyak banget, Mas. Bahkan saya lihat sendiri satu orang dari calo itu bawa tiket sebundel," ujar Bagus, calon pembeli tiket yang khusus datang dari Malang rencananya untuk menonton laga tim nasional, Jawa Tengah, di Kantor Kemenpora, Jakarta, Jumat.

Samsul, juga mengatakan muak dengan tingkah para calo yang bisa menjual tiket seharga mencapai Rp350.000 perlembar, padahal harga resmi cuma Rp100.000 saja. 

"Calo-calo itu, saya lihat sendiri, bisa punya berlembar-lembar tiket, lebih dari sepuluh sepertinya. Bayangkan saja jika mereka ada 100 orang, dikali sepuluh, pantas saja tiket cepat habis," tutur Samsul, yang berasal dari Tangerang.

Padahal pemerintah tengah getol memberantas pungutan liar. 

Para penggemar tim nasional ini sebenarnya tidak mempermasalahkan tiket habis, asalkan tidak ada praktik percaloan di sekitar lokasi.

"Petugas pengamanannya diam-diam saja, Bang," tutur penggemar tim nasional lain, Herman.

Adapun para penggemar tim nasional itu hanya berdiri di sekitar gerbang Kementerian Pemuda dan Olahraga yang dijaga aparat keamanan. Mereka menyuarakan protes sambil sesekali menyanyikan yel-yel dukungan untuk timnas.

PSSI dan pihak panitia penyelenggara memang menyediakan 10.000 lembar tiket kategori tiga yang dijual secara fisik di pintu utara Stadion Gelora Bung Karno, Senayan.

Dalam pertemuan dengan para pewarta, Kamis (1/12), PSSI menyatakan pembelian tiket di GBK harus menyertakan KTP atau SIM dan maksimal pembelian empat tiket untuk satu orang, demi menghindari praktik calo.

Panitia penyelenggara sendiri menyediakan tiket dengan tiga kategori yaitu VIP/kategori satu dengan harga Rp300.000, kategori dua Rp200.000 dan kategori tiga Rp100.000.

Untuk VIP, penyelenggara menyediakan 1.500 tiket. Kelas dua ada 4.000 tiket dan kelas tiga 21.000 tiket.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016