Kami menyambut baik putaran kedua negosiasi yang akan membahas substansi IEU CEPA pada awal 2017 di Indonesia."
London (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menegaskan bahwa hubungan kerja sama Republik Indonesia dengan Uni Eropa (UE) kian kokoh dan memiliki peran strategis tidak saja bagi pembangunan masyarakat kedua kawasan, namun juga dalam hadapi berbagai tantangan global.

"Di tengah situasi global yang tidak menentu, berbagai kemajuan dalam hubungan Indonesia dengan Uni Eropa merupakan pondasi kuat bagi peningkatkan kesejahteraan untuk lebih dari 750 juta rakyat Indonesia dan Uni Eropa," katanya saat membuka Pertemuan Komite Bersama (Joint Committee) RI-UE di Brussel, Belgia.

Dalam keterangan yang disampaikan Fungsi Penerangan, Sosial dan Kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Brussel, Belgia, Ance Maylany, kepada ANTARA News disampaikan pula bahwa Menlu Retno juga mengatakan kerja sama adalah kata kunci di dunia yang sangat terakit, karena tidak ada satupun negara yang dapat hidup sendiri.

Menurut Menlu, hal tersebut disampaikan melihat semakin kokohnya hubungan Indonesia dan UE sejak diimplementasinya Perjanjian Kemitraan Komprehensif (PCA) tahun 2014.

Dikatakannya mencatat pada tahun 2016 berbagai langkah maju telah tercapai dalam hubugan Indonesia-UE, seperti pencabutan tiga maskapai penerbangan Indonesia (Batik Air, Citilink, Lion Air) dari daftar larangan terbang UE.

Selain itu, dikemukakannya bahwa ada perundingan atas dasar perjanjian kemitraan di bidang ekonomi secara comprehensif (CEPA) dan peluncuran lisensi Penegakan Hukum Kehutanan, Tata Kelola dan Perdagangan (Forest Law Enforcement, Governance and Trade/FLEGT) sebagai jalur hijau bagi ekspor produk kayu Indonesia ke UE.

Menlu juga menyampaikan kepada Federica Mogherini, Perwakilan Tinggi untuk UE di bidang keamanan dan luarnegeri, mengenai pentingnya mempercepat proses perundingan IEU CEPA.

IEU CEPA, menurut Retno Marsudi, dinilai akan membuka kesempatan yang lebih luas tidak saja bagi peningkatan perdagangan dan investasi, namun juga dalam meningkatkan kerja sama pembangunan khususnya pembangunan kapasitas masyarakat Indonesia dan UE.

Sejak disepakatinya dokumen ruang lingkup (scoping paper) IEU CEPA pada April 2016, maka perundingan pertama menyepakati arsitektur perundingan, seperti format Working Group dan Sub-Working Group, dalam putaran perundingan CEPA.

"Kami menyambut baik putaran kedua negosiasi yang akan membahas substansi IEU CEPA pada awal 2017 di Indonesia," ujar Menlu Retno.

Adapun Mogherini menyampaikan kekagumannya terhadap pluralisme dan kehidupan yang harmonis dan rukun di Indonesia saat dirinya mengunjungi Indonesia pada tahun lalu.

Ia menyampaikan bahwa kehidupan masyarakat Indonesia yang berdampingan dan harmonis antar-agama dan etnis harus menjadi contoh sekaligus dapat menjadi pelajaran bagi UE yang multi-etnis.

UE akan meluncurkan proyek/program pada 2017 untuk mempelajari pluralisme dan kehidupan yang harmonis di Indonesia, dan dapat dimanfaatkan ke UE.

Selain membahas isu bilateral, Menlu Retno dan Mogherini juga mendiskusikan isu kawasan dan global, seperti situasi di Timur Tengah, migrasi, terorisme dan radikalisme, situasi di Rakhine State (Myanmar), ASEAN dan situasi Eropa.

Keduanya sepakat bahwa berbagai tantangan regional dan global yang dihadapi membutuhkan kerja sama yang lebih erat dan penanganan yang inovatif.

"Kami harapkan pertemuan komite bersama akan dapat mengindentifikasi ruang kerja sama baru Indonesia dan Uni Eropa baik secara bilateral, regional dan multilateral," demikian Retno Marsudi.

Perjanjian Kemitraan Komprehensif (PCA) Indonesia-UE merupakan payung kerja sama selama ini dan dasar dari pelaksanaan Komite Bersama sebagai forum evaluasi dan pengembangan kerja sama RI dan UE.

Uni Eropa merupakan investor terbesar ke-4 Indonesia di tahun 2015 dengan nilai US$ 2,26 milyar pada 1437 proyek.

UE merupakan mitra dagang terbesar keempat di Indonesia dengan nilai perdagangan mencapai 26,14 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2015, yang meliputi produk Indonesia, seperti kelapa sawit, karet, aksesoris pakaian, sepatu, alat telekomunikasi, alat mesin dan listrik, dan tekstil.

Sedangkan, jumlah wisatawan UE ke Indonesia pada tahun 2014 mencapai 997.932 orang.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016