Nusa Dua (ANTARA News) - Sebanyak 48 negara mengikuti Olimpiade Sains Junior Internasional atau "International Junior Science Olympiad" (IJSO) ke-13 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, 2 hingga 11 Desember 2016.

"Ini adalah waktu yang terbaik bagi kami, bisa menjadi tuan rumah IJSO ke-13," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hamid Muhammad, saat membuka IJSO ke-13 di Nusa Dua, Bali, Sabtu.

Hamid menjelaskan Indonesia merasa terhormat dengan kehadiran para peserta yang berasal dari berbagai negara bisa hadir ke Bali, dalam rangka melihat keanekaragaman dalam sains.

"Untuk beberapa peserta, mungkin ini kunjungan pertama ke Indonesia," tambah dia.

IJSO 2016 mengusung tema "Science for Creative Innovation". IJSO merupakan kompetisi tahunan bidang ilmu pengetahuan alam (sains) yang telah diselenggarakan sejak 2004.

Sebelumnya, Kamboja ditunjuk sebagai tuan rumah IJSO 2016, namun kemudian mengundurkan diri. Indonesia melalui Kemendikbud menyatakan siap menjadi tuan rumah IJSO ke-13.

"Penyelenggaraan IJSO dipandang sangat penting dilaksanakan untuk mempromosikan minat atau gemar terhadap sains kepada peserta didik khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama," kata Dirjen Pembinaan SMP Ditjen Dikdasmen Kemdikbud,Supriano.

Ajang IJSO mempertandingkan mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia untuk siswa yang berusia 15 tahun ke bawah atau jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2004 di Jakarta, olimpiade ini sudah mendapatkan pengakuan dari negara-negara lain secara signifikan di bidang ilmu pengetahuan alam bagi generasi muda dan dalam semua aspek kehidupan. Tes IJSO terdiri dari tiga jenis tes yakni pilihan ganda, teori, dan tes praktek.

IJSO tahun ini diikuti 48 negara, yang terdiri dari 123 pendamping, 276 siswa, 8 pengunjung, 25 peninjau, dan 5 anggota eksekutif.

IJSO selain sebagai ajang memprosikan minat terhadap ilmu pengetahuan kepada siswa, juga memiliki potensi untuk mempromosikan perdamaian dan kesepahaman global.

Hal tersebut ditunjukan bahwa dalam pelaksanaan IJSO tidak boleh ada negara yang delegasinya dikeluarkan dari keikutsertaannya karena alasan latar belakang politik, ketiadaan hubungan diplomatik, kurangnya penghargaan dari negara penyelenggara IJSO, pemberlakuan embargo, atau alasan lainnya.

Presiden IJSO Paresh K Joshi menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah berjasa atas niat baik dan pertolongan untuk mengambil alih, dan menyelamatkan nasib penyelenggaraan IJSO ke-13.

Setelah penyelenggaraan IJSO ke-12 di Korea Selatan, Kamboja ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan IJSO ke-13. Namun setelah itu Kamboja menyatakan mengundurkan diri sebagai tuan rumah karena banyak ketidakpastian.

"Kami berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah bersedia menjadi tuan rumah," kata Paresh.

Pewarta: Indriani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016