Jakarta (ANTARA News) - Anthony Karim Adam, CEO dan perintis Tulwe Inc, mengaku terinspirasi ajang-ajang kontes pencarian bakat populer seperti American Idol sebelum ia dan rekan-rekannya mengembangkan Tulwe sebagai ajang kontes musik dunia.

Bahkan, Adam mengaku penggemar berat tayangan kontes musik seperti  American Idol, X-Factor, dan The Voice. “Kami suka menonton aspek drama, penilaian, dan kompetisi antara para peserta. Kami selalu ingin peserta favorit kami maju ke babak selanjutnya,” katanya.

Terinspirasi dari apa yang ditonton, Adam dan rekan-rekan Tulwe memutuskan bahwa mereka juga ingin memberdayakan orang-orang dengan memberikan mereka kesempatan untuk didengarkan, tanpa mempedulikan tempat di mana mereka berada.

Adam menjelaskan bahwa terkadang terdapat peserta berbakat yang perlu menempuh perjalanan yang jauh hanya untuk mengikuti audisi. Namun, tidak jarang juga yang hadir mengikuti audisi, namun tidak memiliki bakat sama sekali.

“Jika peserta buruk saja bisa mengikuti audisi, mengapa kita tidak menyediakan kesempatan yang sama bagi orang-orang daerah kecil yang berbakat namun tidak mempunyai modal untuk berangkat ke kota-kota besar?” kata Adam dalam pernyataan Tulwe yang diterima ANTARA News di Jakarta, Senin.

Adam mengatakan bahwa latar belakangnya sebagai ahli ilmu komputer sangat membantu perusahaannya dalam mengidentifikasi, mendefinisikan, dan mengembangkan segala hal yang ingin dicapai saat ini. “Namun, tampaknya perjalanan masih jauh,” tambahnya.

Tulwe merasa bahwa teknologi perekaman untuk ponsel pintar akan segera terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadikan proses audisi musik secara online suatu hal yang akan hadir cepat atau lambat.

“Semua elemen-elemen ini memposisikan Tulwe beberapa langkah di depan pengembang teknologi lainnya yang mungkin memiliki ide serupa,” kata Adam.

Adam menjelaskan kalau Tulwe bukan hanya aplikasi kontes musik, namun juga sebuah ‘ekosistem dalam pembangunan’. Setidaknya masih ada dua produk lagi terkait media sosial yang akan diluncurkan perusahaan tersebut pada tahun 2017.

Hal ini sesuai dengan slogan mereka yang berbunyi “Brave New World” atau “Dunia Baru yang Berani”, karena tujuan akhir mereka adalah mengubah cara orang berinteraksi dalam sosial media melalui aplikasi termutakhir.

Adam percaya bahwa 5 tahun mendatang, perusahaan tidak akan berlomba untuk merebut pembeli, namun akan fokus kepada interaksi orang-orang dalam media sosial.

Berbasis pemikiran ini, salah satu strategi Tulwe dalam mendorong interaksi dalam aplikasi mereka adalah pemberian beasiswa akademis.

“Jika anda memperhatikan program akademis kami, pilihan-pilihan calon penerimanya berasal dari negara berkembang,” ujar Adam. Ia merasa bahwa seringkali kelompok orang inilah yang memiliki hambatan finansial dalam mengejar pendidikan.

Pada tiga bulan kedepan, Tulwe akan fokus terhadap beberapa hal. Pertama, Tulwe akan melaksanakan program promosi besar-besaran di manca negara untuk mengenalkan dan mendorong pengunduhan terhadap aplikasinya.

Pada saat yang bersamaan, Tulwe juga akan mengumpulkan sebanyak mungkin konten-konten berkualitas dari para penyanyi yang belum diketahui.

Adam berharap bahwa semua peserta yang berpartisipasi akan turut melibatkan teman, keluarga, dan bahkan follower untuk memberikan suara dukungan dalam audisi bakat global ini.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016