Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pada Rabu siang korban tewas akibat gempa 6,4 Skala Richter di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, tercatat 52 orang, namun jumlah itu masih bisa bertambah karena proses pencarian dan evakuasi masih berlangsung.

Selain mengakibatkan 52 orang meninggal dunia, hingga pukul 13.10 WIB gempa di Pidie Jaya juga menyebabkan 73 orang luka berat dan 200 orang luka ringan, serta berdampak pada sekitar 10 ribu orang.

"Data kerusakan bangunan dan korban masih akan bergerak naik mengingat kerusakannya yang masif," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

"Korban terdiri dari anak-anak, dewasa, hingga lanjut usia dengan jenis kelamin yang beragam," kata Sutopo.

Sutopo merinci, jumlah korban tewas di Kabupaten Pidie Jaya tercatat 50 orang (empat korban teridentifikasi dan lainnya masih didata). Selain itu ada 70 orang yang terluka berat, dan 122 orang terluka ringan.

Di Kabupaten Bireuen, ada dua orang yang meninggal dunia, tiga orang luka berat, 78 orang luka. Di daerah ini gempa juga berdampak pada 10 ribu santri.

Gampa juga menyebabkan 105 ruko roboh, 123 rumah rusak berat hingga roboh, 14 masjid rusak berat hingga roboh,  satu unit sekolah roboh dan RSUD Pidie Jaya rusak berat.

Rinciannya, di Kabupaten Pidie Jaya ada 105 ruko roboh, 86 rumah rusak berat, 13 bangunan masjid roboh, satu rumah sakit rusak berat dan beberapa ruas jalan retak.

Sementara di Kabupaten Bireuen, ada dua rumah roboh, satu masjid rusak berat, kampus STAI Al-Azziziyah roboh, dan 35 rumah rusak berat.


Pusat Gempa

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa berpusat di 18 kilometer timur laut Kabupaten Pidie Jaya pada kedalaman 10 kilometer dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Sutopo menjelaskan pusat gempa Kabupaten Pidie Jaya yang terjadi Rabu (7/12) pukul 05.03 WIB ada di darat.

Gempa tersebut, ia menjelaskan, menurut perkiraan dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya selama 15 detik, Kota Banda Aceh selama lima detik, Kabupaten Aceh Besar selama 10 detik, dan Kabupaten Bireuen selama 10 detik.

"Gempa susulan juga terjadi 12 kali dalam kekuatan kecil, dan itu merupakan hal wajar dalam rangka mencari keseimbangan sistem tektonik," ujar Sutopo.

Dia menjelaskan pusat gempa yang berada di darat membuat getarannya menyebabkan kerusakan bermakna pada pemukiman penduduk.

"Intensitasnya mencapai 6 hingga 7 skala MMI (Modified Mercalli Intensity) sehingga bangunan yang tidak didesain tahan gempa roboh," kata Sutopo.

Pusat gempa berasal sesar Samalanga-Sipopok yang aktif, meskipun pergerakannya tidak secepat sesar-sesar di laut. Pergerakan sesar tersebut dari Barat Daya ke Timur Laut.

Sutopo belum dapat mengonfirmasi apakah gempa tersebut memicu sesar aktif lain untuk bergerak.

"Hal tersebut masih perlu didalami oleh BMKG," kata dia.


Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016