Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore bergerak ke posisi Rp13.329, atau menguat sebesar 20 poin dibandingkan sebelumnya di level Rp13.349 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa instabilitas politik di Indonesia yang berkurang menjadi salah satu faktor yang membuat daya tarik aset berdenominasi rupiah diminati oleh pemodal, sehingga mata uang domestik mengalami apresiasi terhadap dolar AS.

"Selisih imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) dan US Treasury yang menipis menandakan permintaan premium atas risiko berkurang," katanya.

Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang akan mencermati cadangan devisa periode November 2016 yang sedianya akan dirilis dalam waktu dekat. Diharapkan data itu masih direspon positif sehingga fluktuasi rupiah masih terjaga.

Ia mengatakan bahwa sentimen eksternal mengenai hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan depan juga akan menjadi perhatian pasar keuangan di dalam negeri. Diharapkan, hasil FOMC itu tidak menahan laju rupiah.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan bahwa rupiah juga tidak lepas dari komitmen pemerintah yang terus fokus menjaga fundamental ekonomi domestik melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan.

"Kondisi domestik mulai dari keamanan hingga ekonomi makro yang stabil membuat aset rupiah masih diminati investor," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.336 dibandingkan Selasa (6/12) Rp13.405.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016