Kolaborasi ini diharapkan bisa mendorong produk industri kita ke pasar global, dengan Australia berperan menyediakan bahan baku yang berkualitas dan Indonesia sebagai manufacturing power house (pusat pengolahan).”
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengusulkan kerja sama pendidikan vokasi pada Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) untuk menciptakan peluang baru seperti di bidang investasi dan perdagangan.

“Kolaborasi ini diharapkan bisa mendorong produk industri kita ke pasar global, dengan Australia berperan menyediakan bahan baku yang berkualitas dan Indonesia sebagai manufacturing power house (pusat pengolahan),” kata Airlangga di Jakarta, Rabu.

Airlangga menyampaikan hal tersebut usai bertemu dengan Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Steven Ciobo di Gedung Kementerian Perindustrian.

Turut hadir dalam pertemuan tersebut, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson, Dirjen Industri Agro Panggah Susanto serta Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan.

Menurut Airlangga, terdapat usulan potensi kerja sama teknik yang pencapaiannya dijadwalkan selesai sebelum penandatanganan perjanjian IA-CEPA.

Perundingan kelima IA-CEPA telah dilaksanakan pada 31 Oktober-4 November 2016 di Bandung. Sedangkan, perundingan keenam akan dilaksanakan di Australia pada Februari 2017.

“Selain mengangkat isu penurunan tarif gula dan kerja sama mengenai Indonesian Food Innovation Center, dalam perkembangannya yang juga menjadi early outcomes Kemenperin adalah vocational education and training di bidang industri,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Indonesia menargetkan partisipasi kerja sama dari pihak Australia yang meliputi peningkatan investasi di sektor industri pengolahan, pengembangan standarisasi mutu produk dan kompetensi tenaga kerja sehingga dapat bersaing di pasar global.

"Kami juga mengharapkan, Australia dapat menyediakan beasiswa pendidikan master dan doktoral terutama bidang ilmu industri baik untuk masyarakat maupun aparatur pemerintah di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, Steven menjelaskan, kunjungan keduanya ke Indonesia sebagai Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi tersebut untuk membangun momentum lebih lanjut dalam upaya menyelesaikan perjanjian IA-CEPA di tahun 2017.

“Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat memberikan kesempatan yang menarik bagi eksportir Australia,” tuturnya.

Dengan populasi lebih dari 255 juta, termasuk kelas menengah yang mencapai 45 juta dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 135 juta pada 2030, Steven mengatakan skema IA-CEPA akan membantu eksportir Australia memasok kebutuhan Indonesia di bidang barang dan jasa termasuk sektor industri.

“Perjanjian tersebut juga akan menciptakan peluang bagi bisnis Australia dan Indonesia bekerja sama untuk memasuki peluang yang berkembang ke utara kami,” terangnya.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2010-2015, Australia merupakan salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia.

Data tersebut menunjukkan realisasi investasi 2,1 miliar dollar AS yang terdiri dari investasi di sektor pertambangan, kimia dasar dan infrastruktur.

Dari komitmen investasi, tercatat sebesar 7,7 miliar miliar dollar AS dari sektor industri logam, properti dan sektor peternakan Angka realisasi investasi pada triwulan I tahun 2016 dari Australia tercatat sebesar 59,98 juta dollar AS, terdiri dari 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5.070 orang.

Secara keseluruhan total investasi yang masuk triwulan pertama 2016 tercatat mencapai Rp146,5 triliun atau meningkat 17,6 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp124,6 triliun.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016