Jakarta (ANTARA news) - Pengamat energi menilai bahwa Pemerintah harus mendukung PT Pertamina (Persero) untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia yang konsisten menjalankan bisnis berdasarkan prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga bisa berdaya saing tinggi di era globalisasi.

"Dukungan Pemerintah sangat dibutuhkan agar kinerja perseroan terus meningkat dan mampu menjadi perusahaan migas world class company", atau perusahaan kelas dunia," kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman ketika dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurut Yusri, dukungan pemerintah yang dimaksud berupa pemberian izin kepada Pertamina untuk membangun kilang minyak, mengambil alih blok-blok energi yang sudah habis masa kontraknya. "Pemerintah harus mendukung, karena pada dasarnya ini semua dilakukan untuk ketahanan energi nasional," ujarnya.

Diketahui, untuk mewujudkan perusahaan migas kelas dunia, Pertamina telah menetapkan strategi jangka panjang, yaitu "Aggressive in Upstream, Profitable in Downstream", yaitu ekspansi bisnis hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas menjadi lebih efisien dan menguntungkan.

"Jika itu dirasa memberi manfaat besar pada Pertamina, bisa saja pimpinan perusahaan meminta kepada Pemerintah dan DPR untuk segera membuat payung hukumnya," tuturnya.

Pada tahun 2017, Pertamina memprioritaskan sejumlah proyek, antara lain di hulu dan panas bumi Pertamina akan fokus di proyek "Matindok Gas Development Project", "Jambaran-Tiung Biru Gas Field", dan "Geothermal Lumut Balai 1-2, Ulubelu 3-4".

Pada midstream serta gas pipeline network, proyek yang menjadi perhatian khusus adalah Muara Karang - Muara Tawar - Tegalgede (Jawa Barat), dan Gresik - Semarang (Jawa Timur dan Jawa Tengah), sedangkan di hilir fokus di proyek Upgrade on Refinery IV Cilacap (Proyek Langit Biru Cilacap) dan Development of Fuel Terminal in Sambu Island, Operasi di Tiga Negara.

Perihal kiprah di luar negeri, Pertamina lewat anak usaha, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), perseroan sudah membukukan keberhasilan dengan beroperasi di tiga negara, yakni Aljazair, Irak, dan Malaysia.

Direktur Utama PT PIEP Slamet Riadhy, sebelumnya mengemukakan, dari ketiga negara tersebut Pertamina memperoleh produksi 120.000 barel setara minyak per hari (BOEPD).

Ia juga menyebutkan target produk migas pada 2025 dari ladang-ladang yang dikelola oleh PIEP di luar negeri sebanyak 600.000 BOEPD, di antaranya, minyak 420.000 barel per hari dan sisanya gas.

Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, akuisisi blok-blok migas di luar negeri akan menjadi salah satu aksi korporasi penting bagi Pertamina.

Pada 2030, Pertamina berharap dari ladang-ladang migas di dalam dan luar negeri dapat diperoleh 2 juta BOEPD per hari. Terkait dengan itu, sampai 2030 Pertamina telah menyiapkan anggaran sebesar 146 miliar dolar AS untuk investasi di sektor hulu dan hilir.

Sedang dijajaki pula kerja sama di Afrika Barat, Timur Tengah, dan Asia Barat. Lebih detail, ada pula rencana kerja sama mengelola blok migas dengan Rosneth di Rusia. Selain itu, kerja sama mengelola blok migas di Iran juga dimatangkan.

Blok-blok yang diincar Pertamina adalah yang cadangan minyaknya minimal 50 juta barel dan produksi di atas 35.000 BPH.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016