Hari ini kita lemah dikeduanya (tekstual dan kontekstual). Secara teori lemah, dalam aspek aplikasinya apalagi, agar kita tidak kehilangan generasi maka ajaran Pancasila harus kembali dihidupkan di kedua hal itu."
Purwakarta (ANTARA News) - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi membuat terobosan di bidang pendidikan, dengan merumuskan Sekolah Ideologi Kebangsaan untuk diterapkan di daerahnya.

"Sistemnya dibuat spesifik, misalnya diskusi interaktif, kita berikan stimulan wacana melalui konten animasi berisi fenomena yang melekat dengan kehidupan siswa sehari-hari," katanya di Purwakarta, Rabu.

Ia mengatakan inovasi bidang pendidikan kali ini ialah pengajaran berupa internalisasi doktrin kebangsaan yang sudah dimuat dalam pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKN.

Metodenya akan dimodifikasi dengan mendatangkan pengajar khusus yang terdiri dari unsur perwira TNI/Polri, PNS serta ulama yang dinilai memiliki wawasan kebangsaan yang luas.

"Metodologi yang diterapkan dalam aktivitas belajarnya akan dibuat menarik dan aplikatif sehingga menimbulkan kesan menyenangkan bagi pelajar," kata bupati.

Ia menyontohkan dalam membahas pokok bahasan Cinta Tanah Air, pelajar tidak lagi dituntut memahami bahasan tersebut secara kognisi, melainkan didorong untuk mengaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut dia, merawat alam dan lingkungan di sekitar sekolah maupun di sekitar tempat tinggal pelajar merupakan bentuk Cinta Tanah Air yang sebenarnya.

"Kalau sejak dini pelajar diajarkan mencintai alam dan lingkungan, maka akan lahir ketahanan lingkungan yang kuat," kata dia.

Secara perilaku sosial, kata Dedi, pelajar juga harus diarahkan untuk menginternalisasi nilai-nilai toleransi, bagaimana cara menghargai teman yang memiliki pendapat berbeda, bagaimana cara menghargai teman yang memiliki perbedaan keyakinan. Itu perlu didorong secara terus menerus sehingga muncul kekuatan sebagai bangsa.

Inovasi dalam bidang pendidikan itu sendiri dilatarbelakangi oleh minimnya penanaman ideologi kebangsaan sejak dini di Indonesia.

Implikasinya, kata dia, generasi muda tidak lagi memahami bahkan banyak diantaranya tidak hafal ideologi Pancasila, baik secara tekstual maupun penerapannya secara kontekstual.

"Hari ini kita lemah dikeduanya (tekstual dan kontekstual). Secara teori lemah, dalam aspek aplikasinya apalagi, agar kita tidak kehilangan generasi maka ajaran Pancasila harus kembali dihidupkan di kedua hal itu," kata bupati.

Pewarta: M. Ali Khumaini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016