Medan (ANTARA News) - Kementerian Pertanian mengimbau pengusaha dan petani sawit memiliki sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) agar produknya mampu bersaing ditengah ketatnya persaingan pasar internasional.

"Isu negatif perkebunan di pasar internasional kian gencar karena memang ada persaingan bisnis dan kita juga harus introspeksi menunjukkan dunia bahwa perkebunan Indonesia ramah lingkungan," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang di Medan, Sumatera Utara, Sabtu.

Hal tersebut disampaikan saat peresmian Museum Perkebunan Indonesia sekaligus memperingati Hari Perkebunan Indonesia ke-59 yang dihadiri Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi.

Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertanian dengan tujuan meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.

Pelaksanaan ISPO dilakukan dengan memegang teguh prinsip pembinaan dan advokasi serta bimbingan kepada perkebunan kelapa sawit yang merupakan tugas pemerintah.

Oleh karena itu tahap pertama dari pelaksanaan sertifikasi ISPO adalah klasifikasi. Klasifikasi ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian 07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan, sedangkan sertifikasi merupakan tuntutan perdagangan internasional yang dilaksanakan sesuai ketentuan internasional yang antara lain memenuhi kaedah International Standard Organization (ISO).

Kementerian Pertanian melaksanakan penilaian untuk sertifikasi ISPO secara transparan dan independen.

Dikatakan Bambang, dengan memiliki sertifikasi ISPO maka berbagai isu negatif bisa ditepis yang pada akhirnya produk sawit Indonesia bisa berkembang.

Dia mengatakan, produk sawit Indonesia memang sering mendapat serangan kampanye negatif dari negara2 barat, sehingga harus ada upaya dari Indonesia bahwa kampanye tersebut tidaklah benar.

"Untuk perusahaan atau petani yang sudah memiliki sertifikasi ISO harus bisa berbangga dan sebaiknya mengajak teman lain untuk memiliki sertifikat tersebut," katanya.

Bambang mengatakan, dari sekitar 3,2 juta petani sawit sebagian besar masih belum memiliki sertifikasi ISPO sehingga masih jauh dibawah standar.

Menurutnya, di saat harga komoditas pertanian dan perkebunan saat ini di pasar internasional yang sedang baik, maka kepemilikan sertifikat ISPO sangat berarti.

Dalam kesempatan itu juga dilakukan pemberian sertifikat ISPO kepada 42 perusahaan perkebunan yang memenuhi persyaratan sesuai kriteria dan standard ISPO.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016