San Francisco, AS (ANTARA News) - Meningkatnya suhu yang melelehkan es laut Arktik mungkin akan mengurangi populasi beruang kutub sekitar sepertiga selama beberapa dekade mendatang, tren pemanasan yang sama kemungkinan akan memperburuk penurunan rusa liar, kata para ilmuwan, Senin (12/12).

Temuan baru oleh peneliti dari universitas dan badan pemerintah disajikan sebagai bagian dari diskusi panel tentang dampak iklim terhadap satwa liar selama pertemuan American Geophysical Union di San Francisco. Presentasi ini disiarkan secara langsung di internet.

Penelitian beruang kutub yang diambil dari data satelit baru, mendokumentasikan hilangnya es laut Kutub Utara yang merupakan habitat utama hewan tersebut, dari tahun 1979 hingga 2015, dan membentuk dasar dari proyeksi dalam penurunan lebih lanjut dari es dan beruang selama beberapa dekade mendatang.

Jumlah beruang kutub saat ini sekitar 26 ribu, namun populasi mereka diperkirakan berkurang sekitar 8.600 ekor selama 35-40 tahun mendatang, kata para peneliti.

Pada saat itu, beruang kutub yang dinyatakan sebagai spesies terancam pada tahun 2008, sebuah studi memprediksi mereka bisa lenyap dari dua pertiga dari rentang asli mereka pada pertengahan abad.

Pada saat itu, beruang kutub yang dinyatakan sebagai spesies terancam pada tahun 2008, diprediksi oleh sebuah studi mereka bisa lenyap sebanyak dua pertiga dari area asli mereka pada pertengahan abad.

Data terbaru tersebut menilai lebih baik hasil seperti itu.

"Ada potensi untuk pengurangan besar beruang kutub secara global selama tiga generasi berikutnya, jika hilangnya es laut terus terjadi pada tingkat yang telah kita lihat," kata Kristin Laidre, ahli ekologi mamalia kelautan di Pusat Penelitian kutub Universitas Washington.

Beruang kutub yang memiliki tinggi 11 kaki (3,35 meter) dan berat hingga 1.400 pon (635 kg), menggunakan es laut yang mengapung sebagai alas untuk segalanya, mulai dari kawin dan membesarkan anak-anak mereka untuk berburu mangsa mereka yakni anjing laut cincin.

Penelitian ini dipimpin oleh Eric Regehr dari Dinas Perikanan dan Margasatwa AS, yang mengatakan bahwa hilangnya habitat satwa tersebut terjadi secara tegas, tapi efeknya bervariasi di antara 19 sub-populasi beruang kutub dunia, yang kebanyakan terletak dalam Lingkaran Arktik.

Dia menjelaskan wilayah utara Alaska di mana jumlah (beruang kutub) sudah menurun tajam di tengah pengurangan es laut yang signifikan dibanding populasi lain di Barat Alaska tampaknya kurang mengalami dampak tersebut.

Akan tetapi daerah tersebut mungkin mempertahankan populasi yang lebih besar dan lebih sehat dari anjing laut dan mangsa beruang kutub lainnya, kata Regehr.

Iklim yang lebih hangat juga diduga menjadi penyebab utama dalam penurunan cepat rusa liar serta sepupu dekat mereka, yaitu caribou, kata kepala Pusat Arktik di Universitas Northern Iowa, Andrey Petrov pada simposium tersebut.

Penelitian Petrov pada rusa liar di Taimyr, Rusia utara, menunjukkan bahwa populasi kawanan tersebut telah jatuh menjadi sekitar 600 ribu hewan, dari satu juta pada tahun 2000.

Populasi Taimyr, berjumlah sekitar 24 persen dari semua rusa liar, ditantang oleh faktor-faktor seperti hilangnya rusa muda akibat pola migrasi yang terhambat oleh pemanasan iklim. Demikian laporan Reuters.

(Uu.R030/M016)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016