Bekasi (ANTARA News) - Polrestro Bekasi Kota, Jawa Barat, merespons penolakan sejumlah organisasi masyarakat perihal keharusan penggunaan atribut perayaan Natal oleh karyawan di wilayah hukum setempat.

"Hari ini kami melakukan pengecekan dan mempertemukan pihak terkait sejak beredarnya informasi melalui media sosial tentang pemakaian atribut berupa topi sinterklas oleh karyawan Show Room Honda Mitra Bekasi Jalan Raya Jatiasih, Kota Bekasi," kata Kapolrestro Bekasi Kota Kombes Umar Surya Fana di Bekasi, Rabu.

Menurut dia, informasi yang beredar di masyarakat melalui media sosial mencantumkan foto salah seorang karyawan berhijab yang sedang mengenakan topi sinterklas sedang bekerja di ruangannya.

Gambar tersebut, kata dia, berpotensi menimbulkan konflik bila tidak segera dilakukan penanganan cepat untuk menyelesaikannya.

"Atas dasar itu, kami bersama jajaran mempertemukan para perwakilan dari empat Ormas, yakni Forum Muslim Bekasi Raya, Front Anti Pemurtadan Bekasi, Kongres Umat Islam Bekasi dan Paguyuban Masjid dan Mushola Bekasi dengan pihak manajemen Honda Mitra Jatiasih," katanya.

Dalam audiensi yang berlangsung di Honda Mitra Jatiasih sekitar pukul 11.00 WIB itu berlangsung tertib dan lancar.

Panglima Forum Muslim Bekasi Raya Nanang Seno mengatakan kedatangan pihaknya ke show room tersebut bertujuan untuk melakukan pengecekan terkait informasi di medsos terkait pemaksaan kehendak perusahaan agar semua karyawanya mengenakan atribut Natal.

"Justru kami ingin mengingatkan perusahaan agar menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.

Dia berharap agar persoalan ini bisa dijadikan peringatan bagi perusahaan lainya di Kota Bekasi agar tidak melakukan hal serupa pada karyawannya.

"Kami berterima kasih kepada pihak Honda Mitra Bekasi karena dengan adanya masalah ini bisa menciptakan efek bola bilyard untuk mengingatkan perusahaan lainnya sehingga tidak melakukan hal serupa," katanya.

Dia juga berharap pihak Honda Mitra Bekasi untuk tidak memberikan sanksi apapun terhadap para karyawannya yang tersangkut dengan masalah itu.

Kepala Operasional Meneger Honda Mitra Jatiasih Rizal mengaku kebijakan untuk mengenakan topi sinterklas hanyalah upaya perusahaan dalam mengikuti tren di masyarakat dan tidak memaksakan ataupun memberikan sanksi apapun bagi yang tidak memakai atribut topi tersebut.

"Ini hanya strategi kita dalam mengikuti tren saat ini di masyarakat. Tidak ada maksud memaksakan kehendak dan lainnya," katanya.

Kabag Ops Polrestro Bekasi Kota Kompol Aslan mengatakan semua pihak yang hadir telah bersepakat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjaga persatuan dan kesatuan.

"Pihak Honda Mitra Bekasi juga harus dapat menerima adanya perbedaan dalam hal keyakinan beragama karyawannya," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016