New York (ANTARA News) - Huma Abedin, ajudan yang telah lama membantu Hillary Clinton, meminta seorang hakim Amerika Serikat, Rabu (Kamis WIB), agar mengizinkan dia memeriksa kembali surat perintah pencarian FBI.

Surat FBI itu digunakan untuk mendapatkan akses ke surat elektronik terkait dengan server pribadi Hillary beberapa sesaat sebelum Pemilu Amerika Serikat pada 8 November lalu. Clinton yang semula diunggulkan menang, walhasil kalah. 

Dalam surat yang diajukan kepada Pengadilan Federal Manhattan, Abedin mengaku tidak pernah diberi salinan surat perintah itu, demikian pula dengan suaminya yang telah diasingkan, Anthony Weiner, yang juga mantan perwakilan Partai Demokrat Amerika Serikat, selaku pemilik komputer yang berisi email tersebut.

Surat yang diajjukan itu sebagai bahan pertimbangan hakim federal apakah untuk membuka segel aplikasi surat perintah pencarian yang didapatkan setelah Direktur FBI, James Comey, diberitahu Kongres Amerika Serikat
mengenai email yang baru ditemukan pada 28 Oktober atau tidak.

Surat Comey itu menimbulkan persoalan baru yang merusak reputasi Hillary, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, dan mengacaukan kampanye 11 hari sebelum Pemilu yang dimenangkan calon dari Partai Republik, Donald Trump.

Hakim Distrik Amerika Serikat, Kevin Castel, mengundang pihak terkait untuk menimbang kemungkinan membebaskan pencarian aplikasi surat perintah yang sedang dilakukan pengacara Randol Schoenberg yang berbasis di Los Angeles.

Dalam surat mereka, pengacara Abedin mengatakan, dia tidak bisa menilai masalah itu, baik dia maupun Weiner yang mendapatkan surat perintah, meskipun keputusan pengadilan memerintahkan pihak berwenang untuk memberikan surat perintah kepada orang yang memiliki komputer tersebut.

Tim kuasa hukum Hillary dan Weiner tak bisa memberikan tanggapan, demikian juga dengan Departemen Kehakiman AS.

Hillary menggunakan server itu saat masih menjabat menteri luar negeri Amerika Serikat pada 2009-2013.

Pada bulan Juli lalu, Comey merekomendasikan Departemen Kehakiman Amerika Serikat agar tidak menjerat pasal pidana terhadap Hillary atas penanganan infomasi yang berada di dalam email, meskipun ia dan rekan-rekannya menganggap "sangat ceroboh dalam menangani persoalan yang sangat sensitif berupa informasi yang sangat rahasia."

Dalam suratnya pada 28 Oktober kepada Kongres, Comey menyatakan bahwa email-email tersebut berpotensi memiliki keterkaitan dengan server penyelidikan Hillary.

Beberapa sumber di lingkaran pemeriksaan mengungkapkan bahwa email-email tersebut ditemukan selama penyelidikan yang tidak terkait dengan Weiner menyusul adanya media yang melaporkan bahwa dia terlibat dalam ponsel seksual dan pesan online dengan seorang gadis berusia 15 tahun.

Penyelidik federal mendapat surat perintah untuk memeriksa email agar diketahui apakah mereka terkait pemeriksaan server pribadi Hillary atau tidak.

Hanya dua hari sebelum Pemilu 2016, Comey mengungkapkan email itu mengubah rekomendasi sebelumnya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016