... Indonesia ada di peringkat 109 dari 141 negara dalam Indeks Daya Saing Wisata dan Perjalanan Wisata (TTCI)."
Jakarta (ANTARA News) - Air kran tidak mengalir, tisu berserakan, jejak kaki penuh tanah di lantai hingga lampu tidak menyala adalah sederet gambaran yang mudah ditemukan di kamar kecil/toilet/water closet (WC) berbagai daerah tujuan wisata di Tanah Air saat liburan.

Tengok saja keadaan WC di banyak lokasi tujuan wisata di mana pun. WC jorok seakan telah begitu melekat dengan gambaran pariwisata di Indonesia selama puluhan tahun ini. Sehingga, banyak pihak yang merasa geram karena menilai tak ada upaya yang serius dari pemerintah untuk menghapuskan noda kotor di wajah pariwisata Indonesia.

Keluhan WC jorok akhirnya sampai ke telinga Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang kemudian menjadi perhatian industri pariwisata belakangan ini.

Presiden pun menyentil Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk memperbaiki kebersihan WC di daerah tujuan (destinasi) wisata. Hasil survei internasional memperkuat tuduhan Indonesia sebagai negara yang punya sanitasi yang rendah.

Bahkan, Presiden Jokowi sempat mengancam akan mencopot Menteri Pariwisata Arief Yahya, jika tak berhasil mencapai target kunjungan wisata yang telah ditetapkan pemerintah. Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi saat membuka Rapat Pimpinan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia beberapa waktu lalu.

Presiden Jokowi mengatakan bahwa dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia, maka Indonesia sangat ketinggalan dalam hal perolehan wisatawan ke negaranya. Thailand, misalnya, sudah mampu menarik 29 juta wisatawan dan Malaysia sudah mencapai 24 juta.

"Padahal, destinasi, lokasi tujuan wisata, kita lebih baik dan banyak, tetapi hanya 9 juta saja. Target Kemenpar pada tahun 2019 kunjungan turis asing sebesar 20 juta orang. Kalau enggak ketemu 20 juta, ya dicopot," ucap Presiden.

Saat ini pemerintah sedang mengembangkan 10 tujuan wisata baru, yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Morotai (Maluku).

Saat ini iklan promosi wisata Indonesia juga telah ditayangkan di berbagai penjuru dunia, mulai dari New York (Amerika Serikat), Paris (Prancis) hingga London (Inggris).

Masalah kebersihan WC juga menjadi sorotan anggota DPR. Pertanyaan seputar masalah sanitasi dan solusinya menjadi topik hangat yang kerap diajukan anggota dewan kepada pihak Kemenpar. Seperti lagu lama yang diputar berulang-ulang di ruang sidang rapat dengar pendapat.

Para anggota dewan pantas bertanya karena khawatir soal sanitasi akan menjadi ganjalan bagi tercapainya target kunjungan wisata yang dicanangkan Pemerintahan Jokowi, yaitu 20 juta pada tahun 2019.

Menteri Pariwisata Arief Yahya bukan tak menyadari kondisi itu. Bahkan, Arief dalam berbagai kesempatan, mengatakan bahwa kondisi WC di berbagai objek wisata di Indonesia sudah berada pada level sangat buruk dan memalukan.

"Dalam soal kebersihan dan sanitasi wisata, Indonesia ada di peringkat 109 dari 141 negara dalam Indeks Daya Saing Wisata dan Perjalanan Wisata (TTCI). Salah satu penyebab buruknya sanitasi dan kebersihan adalah kurangnya fasilitas toilet bersih di berbagai objek wisata, khususnya di pegunungan dan pantai," katanya.

Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun bergegas mengambil langkah dengan mencanangkan pembangunan 50.000 toilet dengan skema kredit perumahan rakyat (KPR) yang tersebar di seluruh Indonesia.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan mendukung pembiayaan bagi pembangunan 50.000 sarana toilet umum. Hal itu merupakan dukungan BTN terhadap pengembangan pariwisata di Indonesia.

Belajar dari jiran

Kementerian Pariwisata Indonesia tampaknya bisa belajar dari Malaysia dalam hal memberesi masalah sanitasi. Salah satunya adalah bagaimana upaya mereka dalam mendorong kebersihan WC menjadi isu penting dan bersifat nasional yang harus diperhatikan oleh seluruh pihak, termasuk pelaku usaha industri pariwisata di Malaysia.

Sejak tahun 2010, misalnya, pihak Kementerian Pariwisata Malaysia telah terlibat dalam kompetisi "Anugerah Tandas Bersih 1Malaysia" yang mempertandingkan kebersihan "tandas" (istilah WC dalam Bahasa Melayu) di antara berbagai institusi atau lembaga yang ada di seluruh Malaysia.

Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia menjadi salah satu pihak yang mendukung pemberian anugerah itu, selain Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Malaysia. Adapun penggagas acara itu adalah Kementerian Perumahan Malaysia.

Para peserta kompetisi yang terdiri dari berbagai institusi mulai dari pemerintahan daerah, pendidikan (sekolah), pengelola stasiun pemberhentian bus, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), pengelola rumah ibadah dan pengelola kawasan wisata ditantang untuk bisa memenuhi seluruh standar kebersihan sebuah WC yang telah ditetapkan oleh pihak panitia penyelenggara.

Anugerah itu memiliki 12 kategori dan penghargaan diberikan di tingkat kebangsaan (nasional).

Bahkan, mantan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, yang akrab dipanggil Pak Lah, pada masa pemerintahannya seringkali tampil di televisi nasional guna mengampanyekan kebersihan toilet.

Ia pun mengatakan bahwa dari WC umum inilah cermin kebersihan Malaysia. Bayangkan, seorang perdana menteri turun langsung dalam kampanye "tandas" (WC) bersih.

Tak heran jika Malaysia akhirnya mampu menarik banyak wisatawan mancanegara untuk melancong ke berbagai tujuan wisata.

Data Kementerian Pariwisata Malaysia menunjukkan bahwa angka wisatawan yang datang ke negara itu senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada 2010 jumlah wisatawan hanya mencapai 24,58 juta, maka tahun 2014 angkanya telah menjadi 27,4 juta. Bandingkan dengan jumlah wisatawan ke Malaysia yang hanya mencapai 16,4 juta saja pada 2005.

Jadi, inilah saatnya pemerintah Indonesia, pemerintah daerah dan segenap pelaku usaha industri wisata di Tanah Air memberikan kepedulian yang lebih besar terhadap kebersihan berbagai WC umum di seluruh objek wisata di Tanah Air. Jangan sampai hanya karena urusan buang hajat target 20 juta wisatawan di Indonesia gagal diraih.

Oleh Adi Lazuardi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016