Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 19 poin menjadi Rp13.439, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.420 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah masih berlanjut dimana pelaku pasar kembali memburu dolar AS di tengah minimnya sentimen positif baru yang beredar baik dari eksternal maupun domestik.

"Dengan situasi yang minim sentimen, maka dolar AS masih diburu oleh pelaku pasar uang dan berimbas pada pelemahan sejumlah mata uang Asia termasuk rupiah," katanya.

Ia menambahkan bahwa menjelang publikasi data ekonomi Amerika Serikat salah satunya mengenai produk domestik bruto (PDB) dan klaim pengangguran yang diperkirakan mengalami perbaikan turut menjadi sentimen positif bagi dolar AS.

"Di tengah ekspektasi yang optimis itu dolar AS cenderung melanjutkan penguatannya," katanya.

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean menambahkan bahwa prospek kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Funds Rate) sebanyak tiga kali pada 2017 juga akan membuat tren penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Pergerakan rupiah saat ini cenderung tergantung beberapa faktor eksternal, tapi secara fundamental rasanya rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.000-Rp13.500 per dolar AS," ujarnya.

Menurut Adrian, untuk menghindari efek negatif tersebut, maka perlu adanya kebijakan dari pemerintah yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan modal, sehingga menjaga momentum pertumbuhan ekonomi serta menjaga angka inflasi pada level yang rendah.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.435 dibandingkan Rabu (21/12) Rp13.473.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016